- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA – Serangan teror yang terjadi dalam dua hari terakhir di Surabaya, nampaknya tidak banyak memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Hal itu, tentunya dapat terlihat dari menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual mengatakan, dampak serangan terorisme yang terjadi dalam dua hari terakhir, sepertinya tidak banyak mengganggu kondisi ekonomi dalam negeri.
Menurut dia, saat ini, justru untuk nilai tukar rupiah terlihat menguat, bila dibandingkan akhir pekan lalu. Hal itu, ternyata dipengaruhi oleh faktor eksternal.
"Ekonomi kita cukup baik secara fundamental, saya lihat tidak ada pengaruhnya, dan kita lihat polisi telah profesional menanggulanginya," tegas David kepada VIVA, Senin 14 Mei 2018.
Adapun, lanjut dia, hal eksternal yang memengaruhi gerak rupiah pada hari ini adalah inflasi Amerika Serikat minggu lalu, yang nampak lemah di bawah ekspektasi pasar, sehingga membuat ekspektasi kenaikan suku bunga AS seperti perkiraan awal, yaitu 3-4 kali saja pada tahun ini.
Selain itu, hal yang semakin menguatkan rupiah pada hari ini juga didorong faktor dalam negeri, di mana nampaknya pasar melihat ekspektasi kenaikan suku bunga BI pertengahan bulan ini.
"Jadi, selain faktor eksternal, ada ekspektasi dari kenaikan suku bunga atau BI rate dalam rapat Dewan Gubernur BI nanti. Selain itu, pasar juga menanti rilis dari neraca perdagangan bulan ini," tegasnya.
Perlu diketahui berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Senin 14 Mei 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar tercatat sebesar Rp13.976 atau menguat dibandingkan Jumat 11 Mei 2018, yang berada di posisi Rp14.048 per dolar AS. (asp)
