Suku Bunga Acuan Naik Ubah Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI

Bank Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Fatima El-Kareem

VIVA – Bank Indonesia hari ini, Kamis, 17 Mei 2018, baru saja menaikan suku bunga acuannya, atau BI 7 days reverse repo rate, sebanyak 25 basis poin, dari yang sebelumnya sebesar 4,25 persen menjadi 4,50 persen.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Terkait hal itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo mengungkapkan, meski adanya kebijakan kenaikan suku bunga acuan yang telah ditempuh Bank Indonesia tersebut sebesar 25 basis poin, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan masih akan berada di kisaran 5,1 sampai 5,5 persen, meski akan ada potensi sedikit perubahan dari kisaran tersebut.

"Dengan kenaikan suku bunga policy rate kita yang 25 basis point akan mengubah paling tidak proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun kalau kita melihat dari sisi growth-nya sendiri kami masih memproyeksikan di level 5,1 sampai 5,5 persen," ucap Dody di Gedung BI, Kamis 17 Mei 2018.

Ekonom Prediksi BI Tahan Suku Bunga Acuan di 6 Persen, Ini Faktornya

Dody menjelaskan, meski ada perubahan dalam suku bunga tersebut, namun BI meyakini, dari sisi investasi, terutama dalam pengeluaran infrastruktur maupun non infrastruktur akan tetap besar, sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi akan tetap ada meski sangat sedikit di kisaran 5,1 sampai 5,5 persen.

"Kami cukup optimis dari sisi investasi, bahkan tentunya juga investasi yang dilakukan oleh swasta non-bangunan juga akan punya pengaruh positif untuk menjaga investasi sebagai driver pertumbuhan ekonomi," paparnya.

BI Sebut Perlambatan Ekonomi 2024 Dipengaruhi Negara-negara Eropa dan China

Selain itu, lanjut Dody, dari sisi konsumsi juga akan tetap besar, terutama didorong oleh event-event yang akan berlangsung di Indonesia selama 2018 terkait event politik maupun olahraga (Asian Games). "Dua komponen tadi ini mendorong domestik demand untuk menjadi motor perekonomian di 2018," tegasnya.

Karena itu, Dody mengatakan, dua komponen itu tentu akan berkonsekuensi meningkatkan impor, khsusunya impor barang modal maupun konsumsi, dan hal itu yang nanti juga menurutnya punya pengaruh pada akhirnya terhadap net expor maupun kepada transaksi berjalan.

"Jadi secara keseluruhan meskipun ada perubahan 25 basis poin kenaikan policy rate. Kami masih tetap menghitung untuk outlook pertumbuhan masih dalam kisaran 5,1 sampai 5,5 persen. Mungkin hanya slightly turun dari angka proyeksi kita yang sebelum ada perubahan policy rate," paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya