Mendag Enggar Buka-bukaan Soal Impor Beras

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

VIVA – Impor beras tahap dua sebesar 500 ribu ton yang dilakukan oleh pemerintah tampak tidak terkoordinasi dengan baik antara kementerian maupun lembaga terkait. Hal itu tergambar dari pernyataan dua Kementerian yang mengurus kebijakan impor tersebut, yaitu Kementerian Perdagangan serta Kementerian Pertanian yang tidak sejalan.

Impor Beras RI Januari-Februari Tembus 881 Ribu Ton, Paling Banyak dari Thailand

Sebagaimana yang diberitakan sebelumnya, Kementerian Perdagangan menyatakan impor beras sebesar 500 ribu ton perlu dilakukan, guna menambah pasokan beras dalam negeri yang kurang. Hal itu dilakukan, untuk menjaga stabilisasi harga beras di pasar.

Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman justru membantah bahwa pasokan beras dalam negeri kurang. Bahkan, Amran mengatakan, suplai beras di Pasar Induk Beras Cipinang lebih dari cukup.

300 Ribu Ton Beras Impor dari Thailand dan Pakistan OTW RI Jelang Ramadhan

Perum Bulog di bawah kepemimpinan Budi Waseso juga dikabarkan mendukung pernyataan Kementan. Dengan menganggap kebijakan impor tahap kedua itu tidak tepat.  

Meski demikian, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, saat ditemui di kantor Menko Perekonomian, Kamis 24 Mei 2018, mengatakan, impor beras tersebut dilakukan sesuai dengan kesepakatan pada rapat koordinasi (Rakor) pada Februari 2017. Rapat itu melibatkan dirinya, Amran dan Direktur Utama Bulog serta dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. 

Impor Beras dengan Alasan dampak El Nino Aneh, Menurut Peneliti BRIN

"Itu bukan penambahan, itu ada yang sudah diputuskan dalam Rakortas (Februari). Rakortas itu keputusan dipimpin Pak Menko, dihadiri oleh Pak Mentan, dihadiri Dirut Bulog, dihadiri dari kantor BUMN, dan saya, disepakati, diputuskan untuk menugaskan kepada Bulog untuk impor. Itu sudah impor," tegasnya.

Dia menjelaskan, impor tersebut juga dilakukan atas dasar pasokan beras yang saat ini dianggapnya kurang. Yakni tercatat di bawah 1 juta ton jika dikurangi stok impor.

"Cerminannya dari suplainya memamg kurang. kalau seandainya tidak ada impor waktu itu kan artinya ada kekurangan. Tetapi sekarang jumlah stok Bulog ada 1.2 juta ton 600 ribu lebih itu adalah ex impor. Jadi sebenarnya kalau tanpa impor, maka jumlah cadangan beras di Bulog itu di bawah 1 juta ton itulah dasar kenapa kita harus impor,"  tegasnya.

Di samping itu juga, Enggar menolak disebut melakukan impor tahap dua tersebut sebesar 500 juta ton sebagaimana yang marak diberitakan. Karena jika dihitung, berdasarkan selisih stok beras di Bulog maka kebijakan impor yang dilakukan adalah sebesar 600 ribu ton, dan hal itu dikatakannya bukan sebagai penambahan impor.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya