Kenaikan Suku Bunga BI Tak Langsung Goyang Ekonomi Nasional

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, kenaikan suku bunga acuan BI pada Mei lalu sebesar 25 basis poin, maupun kenaikan ke depannya untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, tidak serta merta langsung akan berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional.

BI Sebut Perlambatan Ekonomi 2024 Dipengaruhi Negara-negara Eropa dan China

Perry menjelaskan, pengaruh tersebut akan bisa dirasakan dalam jangka waktu 1,5 tahun ke depan, atau 4-8 kuartal setelah kenaikan tersebut dilakukan. Karena itu dia menegaskan, analisis yang mengatakan kenaikan suku bunga acuan langsung memperlambat pertumbuhan ekonomi RI saat ini tidaklah tepat.

"(Kenaikan suku bunga) tidak harus berdampak linear. Tergantung kondisi domestik demand-nya. Jadi suku bunga naik terus ekonominya turun bulan-bulan ini juga, tidak begitu," ujar Perry di Jakarta, Senin 28 Mei 2018. 

The Fed Diproyeksi Pangkas Suku Bunga pada Semester II, Apa Dampaknya ke RI?

Lebih lanjut, Perry menjelaskan, yang akan mendapatkan dampak langsung adalah penguatan nilai tukar rupiah. Sebab, transmisinya lebih cepat dibandingkan terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Nah timbangan ini yang masuk dalam pertimbangan bagaimana kita desain respons kebijakan suku bunga, dan dampaknya bukan linear," paparnya.

Kebijakan BI Tahan Suku Bunga Topang Penguatan IHSG

Karena itu Perry menegaskan, ruang untuk mengambil kebijakan yang lebih kuat lagi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, masih terus terbuka. Hal itu tergambar dari potensi untuk menaikkan kembali suku bunga acuan oleh BI yang semakin jelas dengan adanya Rapat Dewan Gubernur tambahan BI pada Rabu 30 Mei 2018.

Meski begitu Perry mengatakan, rapat tambahan tersebut bukan menandakan adanya kondisi darurat, melainkan untuk memformulasikan kebijakan suku bunga acuan yang lebih preemptive, front loading, dan ahead the curves, serta demi juga merespons lebih awal rapat pejabat bank sentral AS (Fed) pada Juni mendatang.

"Kalau perlu respons cepat yang RDG bisa di tambah di samping sekaligus langkah preemptive FOMC 14 Juni," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya