Gubernur BI Perry Warjiyo Dipuji Lebih Responsif

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
Sumber :
  • REUTERS/Willy Kurniawan

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, Bank Indonesia saat ini di bawah komando Perry Warjiyo sudah responsif dalam menghadapi gejolak perekonomian global. Hal ini termasuk merespons kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve.

Bos BI Ungkap Pentingnya Instrumen Keuangan Berkelanjutan di G20

Dia mengatakan, dengan kembali naiknya suku bunga acuan The Fed yang sebesar 25 basis poin pada 13 Juni 2018, masyarakat tak perlu terlalu reaktif menanggapi kenaikan tersebut.

"Ya kita lihat lah, artinya gubernur BI kita yang sekarang itu kelihatannya lebih responsif terhadap situasi, tapi biarkan mereka kalkulasi," kata Darmin di sela acara open house di kediamannya, Sabtu, 16 Juni 2018.

BI: Obligasi Hijau Catatkan Penerbitan Tertinggi pada 2021

Selain itu, Darmin menyebut, pemerintah tidak akan melakukan intervensi terhadap kebijakan BI dalam merespons gejolak ekonomi global. Menurut dia, selama ini kebijakan yang ditempuh BI merupakan hasil koordinasi dan diskusi yang intensif dengan pemerintah.

"Tentu kami (pemerintah) ada komunikasi dan koordinasi bersama dengan BI. Jadi, kebijakan BI itu bukan sesuatu yang dilakukan begitu saja, ada diskusi bersama," ujar Darmin.

Ekonomi Global Berangsur Pulih, BI Ungkap Strategi Hadapi Risikonya

Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo memastikan, Bank Indonesia akan terus mencermati serta memberikan respons, terkait perkembangan ekonomi dunia terkini yang ditandai dengan kembali naiknya suku bunga acuan The Federal Reserve, pada 13 Juni 2018.

Dalam menghadapi kenaikan suku bunga The Fed tersebut, menurut Perry, BI siap melakukan langkah-langkah seperti pre-emptive, front-loading, dan ahead the curve. Hal itu untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah.

Dia pun tidak memungkiri, kebijakan untuk kembali menaikkan suku bunga acuan masih akan tetap terbuka lebar. Hal tersebut demi menghadapi tekanan-tekanan ekonomi global yang terus memengaruhi perekonomian Indonesia sejak Februari lalu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya