Neraca Perdagangan Indonesia Kembali Defisit US$1,52 Miliar

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018 kembali mengalami defisit sebesar US$1,52 miliar. Defisit itu tercermin dari nilai ekspor US$16,12 miliar dan impor mencapai US$17,64 miliar.

5 Ancaman Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menjelaskan, defisit tersebut disebabkan karena laju pertumbuhan ekspor pada Mei 2018 masih kalah dengan laju kenaikan Impor yang naik pesat.

"Pertumbuhann ekspornya bagus selama Mei tetapi pertumbuhan impornya naik lebih tinggi. Tapi kita harapan bulan depan tetap bisa surplus," ujar Suhariyanto di kantornya, Senin 25 Juni 2018.

Urgensi Sensus Pertanian di Era Kebijakan Berbasis Data

Lebih lanjut, dia mengatakan, untuk nilai ekspor tersebut berasal dari produk non-migas yang mengalami peningkatan sebesar 9,25 persen atau naik sebesar sebesar US$14,55 miliar dan ekspor migas yang naik sebesar 28,80 persen atau US$1,57 miliar.

Sementara itu, untuk nilai impor yang mengalami kenaikan berasal dari produk non-migas yang naik sebesar 7,19 persen atau US$14,83 miliar, serta produk migas sebesar 20,95 persen US$2,81 miliar.

Memotret Sensus Pertanian 2023, Menjaga Ketanganan Pangan di Masa Depan

Pesatnya pertumbuhan nilai impor tersebut, menurut Suhariyanto disebabkan terutama oleh komoditas migas, yang utamanya dipicu oleh naiknya harga minyak dunia yang pada April 2018 sebesar US$67,43 per barel menjadi US$72,46 per barel.

"Jadi mengapa impor migas kita naik karena harga minyaknya naik dan juga volumenya yang naik 12,79 persen artinya ada kenaikan harga produk migas," ucapnya.

Dengan demikian, secara kumulatif, Suhariyanto mengatakan, neraca perdagangan selama Januari-Mei 2018 mengalami defisit sebesar US$2,83 miliar. Total ekspor tercatat sebesar US$74,93 miliar dan impor US$77,76 miliar.

"Kedepan tentu kita berharap ekspor berkembang lebih bagus sehingga neraca perdagangan kita bisa kembali surplus," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya