Ekspor RI ke China Tetap Tumbuh di Tengah Perang Dagang

Kepala BPS Suhariyanto (Kiri)
Sumber :
  • Dusep Malik/VIVA.co.id

VIVA – Perang perdagangan antara Amerika Serikat dengan China, nampaknya tidak terlalu memengaruhi perdagangan Indonesia dengan kedua negara tersebut.

RI Coba Manfaatkan RCEP Tarik Investasi ke Pasar Modal

Hal itu dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan angka ekspor Indonesia ke dua negara itu masih terus alami peningkatan.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, pada Mei 2018, ekspor Indonesia terhadap China masih mengalami peningkatan, terutama untuk komoditas non-migas, yang naik sebesar US$278 juta atau 15,37 persen dibanding April 2018. Di mana, pada Mei 2018 tercatat US$2,09 miliar, sedangkan US$1,81 miliar pada April 2018.

Strategi RI Hadapi Perang Dagang di Tengah Pandemi COVID-19

"Kalau kita lihat, ekspor kita ke China dan Amerika pada tahun ini, sebetulnya masih bagus ya. Kalau saya lihat ekspor ke Tiongkok, Mei ini saja itu naik 278 juta," ucap dia, saat ditemui di kantornya, Senin 25 Juni 2018.

Sementara itu, kata dia, secara kumulatif dari Januari hingga Mei 2018, ekspor tersebut juga tercatat meningkat sebesar 15,05 persen atau sebesar US$10,25 miliar lebih tinggi, jika dibandingkan kumulatif 2017 yang sebesar US$7,80 miliar.

Airlangga Dorong Indonesia Produksi Vaksin Mandiri

Kemudian, pangsa ekspor Indonesia untuk Mei 2018, juga masih tertinggi di pegang oleh China dengan share-nya mencapai 15,05 persen dari total pangsa ekspor Indonesia. Di mana, produk-produk yang mendominasi ekspornya adalah besi dan baja, lemak dan minyak hewan/nabati, serta bahan bakar mineral.

"Kalau saya lihat ekspor ke Tiongkok, Mei ini saja itu naik 278 juta, dan kalau kita lihat jenis bahan bakar mineral, besi dan baja yang dipajakin tetep naik kita dan berbagai produk kimia," ungkapnya.

Ekspor ke AS

Ekspor ke AS, Suhariyanto mengatakan, juga mengalami peningkatan dibanding April 2018 sebesar 10,03 persen atau sebesar US$143,4 juta. Di mana pada Mei 2018 sebesar US$1,57 miliar, sedangkan April 2018 sebesar US$1,43 miliar dan share-nya mencapai 10,91 persen di posisi kedua yang kemudian diikuti Jepang sebesar 10,09 persen.

"Kalau di AS, kita bulan ini saja tambahan ekspor kita US$143 juta. Ada barang rajutan, kayu, dan timah yang meningkat cukup tajam. Terutama, sebagai dampak mereka melakukan persiapan untuk summer. Jadi, tentunya perang dagang ini ada sisi positif ada sisi negatifnya ya," jelasnya.

Karena itu, Suhariyanto mengatakan, perang dagang tersebut jika dilihat dari data yang ada, belum memberikan dampak yang signifikan terhadap perdagangan Indonesia. Meskipun, dia juga mengingatkan, agar pemerintah terus memperluas pangsa ekspornya agar tidak hanya terpaku pada negara-negara tersebut.

"Tapi 36 persen (total pangsa pasar ekspor terbesar Indonesia untuk China, AS, dan Jepang) masih terpaku ke tiga negara. Sehingga, diversifikasi pasar ekspor non tradisional mutlak dilakukan, dan ke depan kita berharap pasar ekspor kita merambah ke Amerika Latin dan lainnya yang memiliki potensi besar," ungkapnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya