- VIVA.co.id/M Ali Wafa
VIVA – Badan Kebijakan Fiskal di Kementerian Keuangan menyatakan ekspor jasa RI masih butuh perbaikan saat ini. Mengingat, sektor ini merupakan salah satu penyumbang defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) yang besar.
Kepala BKF, Suahasil Nazara mengungkapkan pada 2017 defisit neraca transaksi berjalan RI tercatat pada level US$17,3 miliar dimana sektor jasa menyumbang defisit sebesar US$7,8 miliar.
"Jadi kita beli jasa dari luar lebih banyak dibandingkan kita mengekspor jasa ke luar," ujar Suahasil di acara dialog publik peluang dan tantangan ekspor jasa Indonesia, di Gedung Pakarti Center, Jakarta, Senin 16 Juli 2018.
Ia mengungkapkan, jasa yang tercatat defisit salah satunya adalah transportasi barang. Secara keseluruhan jasa transportasi barang itu berada di angka US$6,8 miliar.
"Ini besar banget. Artinya kalau kita mau mengurus sesuatu dengan luar negeri, biasanya kita pakai jasa transportasi dari luar negeri artinya jasa transportasinya tidak bisa disediakan oleh perusahaan domestik," katanya.
Jasa Perjalanan
Di sisi lain dia mengatakan, jasa yang menyumbang positif pada neraca transaksi berjalan adalah jasa perjalanan sebesar US$4 miliar. Sektor ini terkait kedatangan turis ke Indonesia yang dapat menjadi pendorong ekspor jasa tahun ini.
"Jasa perjalanan itu isinya itu turis, turis masuk ke Indonesia ngeluarkan uang di Indonesia. Ini kayaknya ada harapannya turis ini," kata Suahasil.
Lebih lanjut Suahasil menjelaskan, jika dibandingkan pada 2014 jumlah turis masuk ke Indonesia tercatat sebanyak 9,4 juta orang. Sedangkan pada 2017 mencapai 14 juta orang.
"Tahun ini kami berharap 15 juta turis, dan berharap neraca jasanya positifnya lebih tinggi. Bisa mengkompensasi defisit yang di transportasi. Jadi turis adalah ekspor jasa yang menarik," kata dia. (ren)