Dolar Lewati Rp14.500, Menteri Darmin Bilang Jangan Anggap Bahaya

Menteri Kordinator Perekonomian, Darmin Nasution
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengemukakan, nilai rupiah yang telah menyentuh level terendah itu tidak dianggap sebagai bahaya. Sebab, ada sisi positif dari nilai tukar tersebut untuk ekspor Indonesia. 

Awal Pekan, Rupiah Dibuka Melemah Rp14.309 per Dolar AS

"Jangan menganggap kurs itu kalau masih perubahan 50 rupiah 100 rupiah itu bahaya, enggak ada bahayanya di situ. China bahkan sengaja dia lemahkan mata uangnya," kata Darmin di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Minggu, 22 Juli 2018.

Hal itu dikemukakan Darmin menanggapi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus melemah. Bahkan, nilai tukar menembus level terendah sejak awal tahun ini. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berada di level Rp14.520 per dolar AS pada perdagangan terakhir Jumat, 20 Juli 2018.

Rusia-Ukraina Tak Temui Kesepakatan, Rupiah Melemah Lagi Hari Ini

Di China, menurut dia, kebijakan moneternya adalah dengan membiarkan mata uangnya terus melemah, agar barang yang diekspor lebih murah sehingga dapat lebih bersaing. "Begitu mata uang dia terus melemah dia enggak mau intervensi, nah negara-negara di sekitar dia ikut melemah juga," ujarnya. 

Menurut Darmin, banyak masyarakat yang tidak melek urusan pelemahan nilai tukar rupiah ini sehingga sering menyalahartikan pelemahan rupiah.  Meski begitu, dia melanjutkan, pemerintah termasuk Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak akan membiarkan pelemahan nilai tukar rupiah itu terlalu jauh, melalui sejumlah upaya dan kebijakan yang diambil. 

Ukraina Tak Lagi Ngotot Masuk NATO, Rupiah Hari Ini Menguat

"Tidak berarti enggak apa-apa sampai (tembus) Rp20 ribu enggak apa-apa, ya dan kami akan usahakan pelemahannya jangan terlalu jauh," katanya. 

Mantan Gubernur Bank Indonesia itu melanjutkan, pelemahan nilai tukar rupiah itu disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah perang dagang antara AS-China. Kedua adalah normalisasi kebijakan moneter di negara maju, termasuk Amerika Serikat. 

Empat hari yang lalu, lanjut dia, Gubernur Bank Sentral AS The Fed, Jerome Powell telah mengumumkan kebijakan moneter untuk mendorong kenaikan suku bunga agar inflasi di AS meningkat. Sebab, persoalan di AS saat ini adalah inflasi yang terlalu rendah.

"Itu artinya kenapa dia mau naikkan tingkat bunga. Bukan cuma kita bahkan Trump saja mulai marah. Ini The Fed kerjaannya menaik-naikan tingkat bunga saja. Sudah ada itu komentar itu dari Trump," ujarnya. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya