G20: Pertumbuhan Ekonomi Global Mulai Berisiko Melambat

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menkeu China Liu Kun di Forum G20 Buenos Aires, Argentina.
Sumber :
  • REUTERS/Marcos Brindicci

VIVA - Menteri Keuangan dan Gubernur maupun Deputi Gubernur Bank Sentral yang tergabung dalam Kelompok 20 Ekonomi Utama atau G20 menekankan perlunya meningkatkan kerjasama internasional dalam mengatasi ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi untuk menjaga kontinuitas momentum pertumbuhan global.

7 Negara Ekonomi Terbesar di Dunia Tahun 2050, Peringkat Indonesia Gak Main-main!

Dalam keterangan persnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, mengatakan hal itu ditekankan saat pertemuan ketiga yang dilakukan di Buenos Aires, Argentina, pada 19-22 Juli 2018. Pertemuan itu turut dihadiri oleh delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dan Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo.

Agusman menjelaskan, pada pembahasan G20 itu, meskipun perekonomian global masih diperkirakan tumbuh solid sebesar 3,9 persen di 2018 dan 2019, namun perekonomian global mulai menunjukkan risiko perlambatan pertumbuhan dalam jangka menengah dan meningkatnya faktor risiko.

BI Sebut Perlambatan Ekonomi 2024 Dipengaruhi Negara-negara Eropa dan China

Faktor risiko tersebut terutama bersumber dari ketegangan perdagangan, normalisasi kebijakan suku bunga beberapa Bank Sentral, dan ketegangan geopolitik di beberapa kawasan.

"Dampak perkembangan teknologi terhadap sektor keuangan juga mewarnai diskusi pada pertemuan, khususnya mengenai upaya eksplorasi manfaat teknologi keuangan bagi konsumen, investor, dan perekonomian serta kekhawatiran terhadap risiko yang timbul dari perkembangan teknologi keuangan dan bagaimana memitigasi risiko dimaksud," ujar dia dalam keterangan pers tersebut, Senin 23 Juli 2018.

Sri Mulyani Ungkap Ekonomi Global 2024 Masih Diproyeksi Lemah oleh IMF dan World Bank

Agusman juga menegaskan pembahasan G20 tersebut sejalan dengan asesmen Bank Indonesia sebagaimana tercermin pada Rapat Dewan Gubernur pada 18-19 Juli 2018. Dalam kesempatan itu, Bank Indonesia menyampaikan adanya kenaikan risiko nilai tukar di banyak negara, khususnya di negara berkembang, yang memaksa Bank Sentral menaikkan suku bunga untuk menjaga stabilitas, terlepas kondisi ekonomi domestik yang masih kuat dan kokoh yang tidak memerlukan kenaikan suku bunga tersebut.

"Dalam kaitan tersebut, Bank Indonesia menekankan pentingnya memperkuat bauran kebijakan moneter dan fiskal, serta memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas dan mendorong pelaksanaan reformasi struktural," tegas Agusman.

Sistem Keuangan 

Melalui penayangan video, kata Agusman, dalam pertemuan itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mendukung agenda Presidensi G20 Argentina dalam membahas perekonomian global, memperkuat sistem keuangan internasional, meningkatkan pembiayaan infrastruktur, dan serta mendalami isu-isu ekonomi digital.

Di samping itu, dikatakannya, delegasi Indonesia turut mengundang para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 untuk hadir dalam Sidang Tahunan IMF-World Bank 2018 serta menyambut rencana pertemuan Menteri Keuangan dan Gubenur Bank Sentral G20 selanjutnya pada Oktober 2018 di Bali, Indonesia.

"Selain menghadiri pertemuan IMF/WB dan G20, guna mendukung kinerja pariwisata nasional, Indonesia juga mengajak agar delegasi berbagai otoritas keuangan dunia tersebut berkesempatan mengunjungi dan menikmati sejumlah tujuan wisata unggulan di berbagai sudut Indonesia," tuturnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya