Jaga Rupiah, BI Punya Pertahanan Kedua Senilai US$112 miliar

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • VivaNews/ Nur Farida

VIVA – Bank Indonesia menegaskan, gejolak nilai tukar rupiah yang terus terjadi saat ini tidak akan memaksa Indonesia harus mengalami krisis keuangan sebagaimana yang terjadi pada 1998. Itu karena, Indonesia masih memiliki second line of defence yang memadai untuk memperkuat ketahanan cadangan devisa.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Direktur Departemen Internasional Bank Indonesia, Erwin Haryono menjelaskan, second line of defense atau yang biasa dikenal dengan Jaring Pengaman Keuangan Internasional (JPKI) saat ini cukup memadai atau sebesar US$112 miliar.

"Tetapi, in addition first line of defence, kita punya second line of defense yang jumlahnya US$112 miliar. Itu sangat besar," ujar Erwin di Gedung BI, Jakarta, Kamis 9 Agustus 2018.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

Dia menjelaskan, ada beberapa JPKI yang telah di dibentuk oleh Indonesia dengan bekerja sama bersama beberapa negara secara bilateral, regional, maupun dengan lembaga internasional seperti International Monetary Fund, sehingga terakumulasi JPKI senilai US$112 miliar.

Dari sisi IMF, Erwin mengatakan, saat ini lembaga pembiayaan moneter internasional tersebut kini telah berbenah dalam pemberian persyaratan kepada negara-negara yang membutuhkan pinjaman, hal itu tergambar dari fasilitas Flexible Credit Line (FCL) dengan pinjaman terendah senilai US$66,6 miliar.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

"FCL itu teoritisnya bisa diambil berapa saja seusai kebutuhan. Kalau keanggotaan kita ada kuota yang paling rendah yang bisa kita ambil itu US$66,6 miliar, itu paling rendah. Jadi, US$112 miliar jumlah paling konservatif yang bisa kita dapat kalau kita mau gunakan second line of defence," jelas dia.

Selain dari FCL, dia mengatakan, Indonesia juga dapat memeroleh dari fasilitas swap arrangement di tingkat regional, yaitu berupa Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM), yaitu antara Indonesia dengan Asean + 3 (Jepang, China, dan Korea). Nilainya, mencapai US$ 22,76 miliar.

Kemudian, Indonesia juga masih memiliki fasilitas swap arrangement di tingkat bilateral, yaitu kerja sama swap arrangement dengan Jepang senilai US$ 22,76 miliar, sehingga dengan begitu total yang mampu di manfaatkan Indonesia dikatakannya sebesar US$112 miliar.

"Kita bicara soal fleksibel kredit line kita tidak sedang menuju ke krisis. Kalau kita merasa ingin tambah likuiditas kapanpun kita bisa tambah ke IMF. Regional untuk berjaga-jaga kita bisa dapat US$22,76 miliar dan sekarang cadev kita US$118 miliar," ungkapnya.

"Jadi, kita tidak punya isu dengan dolar likuidtas kalau kita mau. Tetapi, yang JPKI itu second line of defense, first line-nya memang kekuatan kita sendiri, salah satunya cadev (cadangan devisa) itu," papar dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya