Semester I, Transaksi Berjalan RI Defisit 2,6 Persen dari PDB

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • VivaNews/ Nur Farida

VIVA – Bank Indonesia mencatat, defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit/CAD kuartal II-2018, tercatat sebesar US$8 miliar atau sebesar tiga persen terhadap Produk Domestik Bruto. Angka ini lebih tinggi dibandingkan defisit kuartal sebelumnya sebesar US$5,7 miliar atau 2,2 persen PDB. 

BPS Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Neraca Perdagangan RI

Sementara itu, sampai dengan semester I-2018, defisit transaksi berjalan disebutkan masih berada dalam batas yang aman, yaitu sebesar 2,6 persen terhadap PDB. 

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia, Yati Kurniati menjelaskan, naiknya CAD itu dipicu oleh penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas, di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas. 

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Penurunan itu disebabkan naiknya impor bahan baku dan barang modal, sebagai dampak dari kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat di tengah ekspor nonmigas yang turun.

"Selain itu, defisit neraca perdagangan migas karena naiknya harga minyak internasional di tengah sirklus musimnya, peningkatan konsumsi terhadap permintaan minyak jadi tinggi. Di kuartal dua, kan ada Ramadan dan libur panjang yang sebabkan peningkatan konsumsi bahan bakar. Jadi, dari volume maupun harga meningkat sebabkan defisit migas meningkat," ujar dia di Gedung BI, Jakarta, Jumat 10 Agustus 2018.

Neraca Perdagangan RI Februari 2022 Surplus US$3,83 Miliar

Hal itu juga dikatakannya dipicu oleh faktor musiman lain, yakni pada kuartal II-2018, sesuai dengan pola musimannya, terjadi peningkatan pembayaran dividen sehingga turut meningkatkan defisit neraca pendapatan primer.

Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial mengalami peningkatan. Hal itu disebutnya sebagai cerminan optimisme investor asing dan domestik terhadap kinerja ekonomi domestik. Transaksi modal dan finansial pada kuartal II-2018 mencatat surplus US$4,0 miliar, lebih besar dibandingkan kuartal sebelumnya dengan surplus sebesar US$2,4 miliar. 

Meski begitu, surplus transaksi modal dan finansial tersebut belum cukup untuk membiayai defisit pada neraca transaksi berjalan, sehingga pada kuartal II-2018 Neraca Pembayaran Indonesia atau NPI secara keseluruhan mengalami defisit sebesar US$4,3 miliar.

"Surplus US$4 miliar transaksi modal dan finansial itu belum cukup untuk defisit US$8 miliar. Sehingga, NPI defisit US$4,3 miliar. Demand valas juga meningkat, dan seluruh transaksi kebutuhan valas juga sebagian dipenuhi ke pasar. BI juga ada yang masuk pasar balancing untuk kebutuhan pasar, dan sebabkan cadev turun dari US$126 miliar di akhir Maret jadi US$119,8 miliar akhir Juni," tutur Yati.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya