Jika Upaya Turunkan Impor Sukses, BI Yakin Transaksi Berjalan Terjaga

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Bank Indonesia optimistis defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit Indonesia hingga akhir tahun akan tetap terjaga di bawah 3 persen, meskipun pada kuartal II-2018 tembus 3 persen.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

Kepala Departemen Statistik BI, Yati Kurniati menjelaskan optimisme tersebut disebabkan karena defisit pada kuartal II-2018 lebih didorong oleh faktor musiman di samping memang adanya peningkatan impor barang-barang kebutuhan produktif seperti impor bahan baku yang mencapai 17,3 persen dan barang modal sebesar 38,5 persen.

"Jadi memang di kuartal II dia selain ada kebutuhan-kebutuhan yang produktif, juga ada faktor musiman, yakni neraca perdagangan primer yang buruk, jasa-jasa, juga ada libur panjang dan lain-lain. Jadi kami kalau lihat kuartal I dan II (semester I-2018) 2,6 persen terhadap PDB ini masih kita pandang normal dan baik," ujarnya di Gedung BI Jakarta, Jumat 10 Agustus 2018.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

Di samping itu, lanjut Yati, upaya pemerintah yang berusaha menekan CAD dengan berbagai kebijakannya untuk mengurangi impor juga menjadi faktor yang memperkuat optimisme tersebut, salah satunya adalah kebijakan yang mendorong sektor pariwisata untuk memperbanyak penerimaan devisa.

"Sampai akhir tahun kita meyakini masih mampu jaga di bawah 3 persen. Untuk itu BI dengan pemerintah sudah aware dengan defisit tinggi, sehingga koordinasi untuk menjaga si CAD ini lebih terkendali, termasuk juga meningkatkan sumber-sumber devisa yang sudah di depan mata, seperti pariwisata yang kita kelola dengan baik sehingga tahun ini bisa menurunkan defisit jasa sehingga bisa surplus," ungkapnya.

BI Terbitkan Aturan Ketentuan Intensif untuk Perbankan

Selain itu, sejumlah langkah, dikatakannya juga telah ditempuh Pemerintah melalui kebijakan memperkuat ekspor dan mengendalikan impor melalui peningkatan import substitution. Khususnya di sektor migas dengan mendorong penggunaan Biodiesel 20 persen atau B20.

"Kita banyak juga ekspor minyak mentah, tapi banyak impor produknya, jadi harganya lebih mahal lagi. Maka ada beberapa upaya untuk kepemilikan kilang-kilang minyak dan pembangunan refinery. Sama juga upaya menggunakan B20. Jadi sekarang sudah giat menjadi program pemerintah untuk turunkan impor minyaknya," jelas Yati. (ren)

Ilustrasi dolar AS

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Angka utang luar negeri tersebut turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$415,3 miliar.

img_title
VIVA.co.id
15 Maret 2022