Menko Darmin Anggap Aneh Krisis Turki Bisa Bikin Rupiah Lemes

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution.
Sumber :
  • Anwar Sadat/ VIVA.co.id

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, pengaruh krisis ekonomi yang terjadi di Turki pada dasarnya tidak akan sampai berdampak ke Indonesia maupun negara-negara emerging market. Sebab, krisis ekonomi Turki bersifat khusus.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Dia menjelaskan, krisis ekonomi yang bermula akibat persoalan domestik negara itu dengan Amerika Serikat. Namun, pengaruhnya saat ini sedikit terasa di Indonesia dengan melemahnya rupiah, akibat persepsi sesaat pelaku pasar.

"Karena satu negara sebenarnya itu terlalu berlebihan. Turki memang ada hal khusus di sana, sehingga kena dampaknya yang enggak mesti berlaku di negara lain. Namun, setelah kena orang bilang 'oh imbasnya besar' macam-macam," ujar Darmin di Jakarta, Senin, 13 Agustus 2018.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

Dia menjelaskan, krisis Turki pada dasarnya bermula akibat tindakan pemerintah Turki yang menahan seorang pendeta Evangelis Andrew Brunson. Pendeta itu diadili di Turki atas tuduhan terorisme. 

Akibat hal itu, lanjut Darmin, Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta pemerintah Turki untuk melepaskan pendeta tersebut. Trump mendesak pembebasannya dengan menaikkan bea masuk baja dan alumunium asal Turki.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

"Ini bukan urusan perang dagang kayak dengan China dan Eropa. Nah dia (Trump) lagi marah saja, kemudian dibebankan bea masuk. Dia tahu, kalau dibebankan bea masuk dengan produk besar begitu di Turki ini dampaknya besar. Ini orang kemudian menganggap pastor (Brunson) enggak mau melepas. Ini pasti panjang, kemudian ada pelemahan mata uang Turki, itu saja," tuturnya.

Karena itulah Darmin menegaskan, pelemahan lira Turki yang saat ini turut menggerek pelemahan rupiah hingga sebesar Rp14.600. Namun ditegaskan, dampaknya hanya bersifat sementara.

"Bukan cuma rupiah, tapi ke emerging market. Euforia saja sebenarnya, semestinya enggak (berdampak ke Indonesia). Aneh saja," kata dia. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya