Menkeu Sri Pastikan RI Tak Akan Krisis Ekonomi Seperti Turki

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, meskipun nilai tukar rupiah saat ini terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat. Namun, kondisi tersebut tidak akan menyebabkan Indonesia jatuh ke dalam krisis seperti yang terjadi di Turki saat ini.

Dukung UMKM Indonesia, BRI Gelar Pesta Rakyat Simpedes

Dia menjelaskan, hal itu disebabkan, karena kondisi perekonomian Indonesia saat ini baik, dibuktikan dari tingkat inflasi yang masih terjaga di bawah batas 3,5 persen. Sedangkan di Turki, sudah mencapai lebih dari 15 persen.

"Tetapi, overall saya rasa ekonomi Indonesia tetap kita jaga. Seperti saya sampaikan perbedaan yang sangat nyata inflasi kita 3,5 persen, kalau di Turki kan sudah di atas 15 persen. Growth kita lima persen, tapi kita tidak berhubungan dengan CAD (Current Accoumt Deficit) yang tinggi yang seperti yang ada di Turki," ujar dia di kantornya, Selasa 14 Agustus 2018.

Dirut BRI Ungkap 2 Faktor yang Bisa Selamatkan Indonesia dari Resesi di 2023

Menurut Sri, meskipun CAD atau defisit neraca transaksi berjalan Indonesia yang saat ini telah melebar hingga tiga persen, namun masih di bawah angka saat teper tantrum terjadi. Pemerintah pun, dikatakannya akan tetap waspada.

"Walaupun tiga persen itu tidak setinggi waktu temper tantrum, tetapi kita akan tetap hati-hati dan kita akan menjaga supaya dia tidak menjadi sumber kerawanan yang kemudian dijadikan alasan," tutur dia.

Sri Mulyani Ingatkan Risiko yang Intai Ekonomi Global, RI Siapkan Ini

Di sisi lain, dia mengatakan, hal-hal yang tidak akan menjadikan Indonesia mengalami krisis sebagaimana yang terjadi di Turki, akibat pelemahan nilai tukar mata uangnya adalah, karena utang luar negeri swasta, pemerintah, maupun Indonesia secara keseluruhan masih terkontrol dengan baik. Sehingga, risiko gagal bayar masih dapat dilakukan.

"Karena, waktu itu sebetulnya telah dilakukan langkah-langkah sejak 2015 waktu terjaid temper tantrum itu sudah dilakukan berbagai langkah untuk bisa mengurangi exposure. Jadi, sebetulnya dari sisi swasta mereka juga sangat awre terhadap kemungkinan terjadinya exposure kalau meminjam dari sisi mata uang asing," ungkap dia.

Dia juga menegaskan, dari segi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari luar negeri juga telah dilakukan secara hati-hati oleh pemerintah. Pembiayaan perbankan pun, dikatakannya, masih sehat dengan dibuktikan dari sumber pendanaan perbankan yang diperoleh dari kas mereka sendiri, bukan dari luar negeri.

"Kalau umpanya perekonomian membutuhkan jumlah yang disebut mata uang asing, kita akan sesuaikan dengan bagaiamana strategi pembiayaan kita, termasuk revenue penerimaan pemerintah yang berasal dari forex juga. Kita kan, dapat penerimaan seperti dari sisi oil dan gas itu semuanya dalam bentuk mata uang asing. Jadi, itu yang akan kita seimbangkan," tegasnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya