Kunjungi Beijing, PM Mahathir Minta Simpati China Batalkan Proyek

Lambang Partai UMNO dan Mahathir Mohamad
Sumber :
  • www.siakapkeli.my

VIVA – Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad berkunjung ke China pada Senin 20 Agustus 2018. Dalam kunjungannya itu, Mahathir melakukan serangkaian pertemuan dengan Perdana Menteri China Li Keqiang di Beijing.

Nasib Baik Pak Leman Perusak Patok Batas RI Malaysia saat Disergap TNI

Mahathir mengungkapkan, dalam pertemuan itu dirinya berharap China akan bersimpati terhadap masalah fiskal Malaysia. Dan, kembali menegosiasikan untuk batalkan sejumlah proyek yang didanai China sebesar US$20 miliar.

"Kami berharap, juga untuk membuat China memahami masalah yang dihadapi oleh Malaysia hari ini," kata Mahathir dikutip dari Business Insider, pada Selasa 21 Agustus 2018.

Ini Penampakan Patok Batas RI Malaysia yang Dirusak Saat Ditemukan TNI

Meski tak menyebutkan secara langsung proyek yang dipermasalahkan, tetapi Mahathir berulang kali menyatakan kunjungannya ke China akan membahas kesepakatan infrastruktur dengan China yang tidak adil.

Kesepakatan yang tidak adil tersebut sebelumnya telah dibuat oleh PM Najib Razak dengan China, yang hanya mengejar investasi dari kesepakatan belt and road initiatif yang dicanangkan Presiden China Xi Jinping.

10 Tahun Kabur ke Malaysia, Pembunuh di Jember Akhirnya Ditangkap

Adapun proyek yang dipermasalahkan Malaysia ke China adalah proyek East Coast Rail Link senilai US$20 miliar, proyek kereta kecepatan tinggi Malaysia-Singapura dan proyek pipa minyak yang terkait korupsi 1MDB.

Perdagangan bebas

Sementara itu, PM Li menyatakan, meski ada permohonan negosiasi proyek, China berharap perluasan hubungan perdagangan dengan Malaysia, ditingkatkan dan menghasilkan keseimbangan dari kedua negara.

Sedangkan Mahathir mengatakan, dirinya setuju dengan upaya peningkatan perdagangan bebas kedua negara. Namun, penguatan itu harus berdasarkan perdagangan yang adil.

"Kami tidak ingin situasi di mana ada kolonialisme versi baru terjadi, karena negara-negara miskin tidak dapat bersaing dengan negara-negara kaya," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya