PGN Cicil Bayar Akuisisi Pertagas 51 Persen Mulai September

Pengisian bahan bakar gas di MRU PGN wilayah Grogol, Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

VIVA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk menyatakan, akan mencicil pembayaran untuk akuisisi 51 persen saham PT Pertamina Gas (Pertagas). Nilai akuisisi sebesar US$1,2 miliar atau Rp16,6 triliun tersebut akan dicicil dua tahap. 

Komitmen Dukung UKM Naik Kelas, Pertagas Borong Penghargaan Internasional Ini

Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim mengatakan, dalam Conditional Sale Purchase Agreement pada 29 Juni 2018 lalu telah disepakati bahwa PGN menjadi perusahaan pengendali karena telah mengakuisisi 51 persen saham Pertagas. Sedangkan sisanya 49 persen tetap milik Pertamina. 

"Nilai transaksi kan US$1,2 miliar atau sekitar Rp16 triliun. Tahap pertama, kami akan lunasi Insya Allah di akhir September 50 persen dari US$1,2 miliar. 50 persennya lagi kami akan selesaikan di semester I 2019," ujar Jobi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018. 

Pertagas Cetak Laba Bersih US$196,7 Juta di 2023, Target Tahun Ini Dinaikkan

Dia melanjutkan, pada cicilan tahap pertama, dana yang akan digunakan bersumber dari kas perseroan dan dibayarkan pada akhir September. Sedangkan, untuk cicilan tahap dua akan bersumber dari pinjaman. 

"Yang sisanya semester I 2019, kami sekarang sedang melihat mana yang paling optimal dari sisi pembiayaannya, karena kami akan melakukan pinjaman. Bentuknya belum bisa kami sampaikan sekarang,  karena masih dalam pembicaraan internal," ucapnya. 

Resmi 17 Tahun Berkiprah, Pertagas Mulai Kembangkan Potensi Bisnis Petrokimia dan Energi Bersih

Jobi mengungkapkan, alasan kenapa pihaknya hanya mengakuisisi 51 persen lantaran pihaknya juga butuh integrasi untuk pengembangan infrastruktur. 

"Kami enggak mau US$ 1,2 miliar habis hanya untuk biaya akuisisi Pertagas. Kami juga punya banyak proyek yang butuh pembiayaan. Misalnya Indonesia Timur, kami saat ini sedang menunggu tindak lanjut lelang PLN untuk LNG sampai di Indonesia Tengah dan Timur," ujarnya. 

Dengan demikian sambungnya, pihaknya akan bisa mengembangkan infrastruktur baru tidak hanya di Jawa dan Sumatera tapi juga menyentuh Sulawesi, Papua serta kepulauan yang lain. 

"Seperti diketahui banyak pembangkit yang dibangun PLN di daerah terpencil yang tidak mungkin pakai batu bara karena size-nya besar, mereka akan gunakan gas," tegasnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya