Romantika Dolar AS dan Rupiah Masuk Babak Baru

Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus terpuruk selama sepekan ini. Bahkan, levelnya sudah mencapai di atas Rp14.700 per dolar AS. 

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Ekonom dan Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo berpendapat, dolar AS memang saat ini sedang mengalami tren penguatan. Hal tersebut sudah terlihat sejak awal tahun ini. 

"Kisah romantika US dollar terhadap rupiah kembali memasuki babak baru. Pada Januari 2018 di level Rp13.200 per dolar AS, memberikan keterangan bahwa kinerja US Dollar terhadap Rupiah berada dalam kondisi up trend," ujar Lucky dikutip dari analisanya, Sabtu 1 September 2018. 

Gubernur BI Proyeksikan Rupiah Baru Balik ke Rp 15.000-an pada Kuartal IV-2024

Lucky mengungkapkan, terdapat beberapa sentimen ekonomi yang bisa memengaruhi tren penguatan dolar AS tersebut. Antara lain, pergerakan pasar spot internasional dan seberapa besar upaya pemerintah pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

"Sehingga tren yang terbentuk tersebut memiliki jangka menengah dan jangka panjang pada level Rp15.050 hingga Rp 15.125 per dolar AS," ungkapnya. 

Rupiah Mulai Perkasa Seiring Meredanya Konflik Israel-Iran

Lebih lanjut dia menjelaskan, rupiah di pasar spot internasional yang telah tembus level Rp14.860 pada 31 Agustus 2018 lalu, tentu menjadi persoalan. Karena, memberikan sinyal bahwa apresiasi pasar cenderung memberikan sentimen positif terhadap kinerja dolar AS dibandingkan rupiah. 

Sementara itu, angka pertumbuhan ekonomi yang berada pada level 5,27 persen pada kuartal kedua 2018, memberikan pesan bahwa tren pertumbuhan ekonomi masih berada pada rata -ata 5 persen. Sehingga pasar cenderung membatasi sikap dan perhatian transaksi terhadap rupiah.  

"Apresiasi pasar cenderung lebih rendah oleh karena perbandingan hasil perolehan angka pertumbuhan ekonomi pada momentum sebelumnya," ungkapnya. 

Meski demikian dia mengatakan, pemerintah dapat mengatasi persoalan tren menguatnya nilai tukar dolar AS ini dengan memberikan pandangan kepada Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) untuk melakukan upaya lindung nilai atau hedging.

Hal tersebut sebagai antisipasi pada kinerja keuangan yang berhubungan dengan dolar AS dan Bank Sentral Indonesia melalui paket-paket kebijakan untuk menghadapi momentum tahun politik mendatang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya