Sepanjang Agustus, RI Catat Deflasi 0,05 Persen

Kepala BPS Suhariyanto.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat, pada Agustus 2018, mengalami deflasi sebesar 0,05 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2018 sebesar 2,13 persen, serta inflasi tahun ke tahun atau year on year (yoy) tercatat sebesar 3,20 persen.

Heru Budi Bongkar Biang Kerok Inflasi Jakarta, Tarif Listrik-Harga Pangan

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dari pemantauan di 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 52 kota mengalami deflasi. Sedangkan 30 kota lainnya, mengalami inflasi.

Untuk kota yang mengalami deflasi tertinggi, yakni di Baubau sebesar 2,49 persen dan deflasi terendah terjadi di Jember 0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 0,62 persen dan terendah di dua kota, yakni Padangsidempuan dan Medan, yang masing-masing sebesar 0,01 persen.

BPS Catat Inflasi Februari 0,37 Persen, Disumbang Beras hingga Cabai Merah 

"Deflasi tertinggi itu terjadi di Baubau, Sulawesi Tenggara. Karena ada penurunan harga-harga ikan segar lumayan drastis dan ada penurunan harga angkutan udara," ucap Suhariyanto di kantornya, Senin 3 September 2018.

Adapun faktor yang mendorong deflasi Agustus 2018, Suhariyanto mengatakan, utamanya dipicu oleh kelompok pengeluaran bahan makanan yang mengalami penurunan harga dengan menyumbang 0,24 persen, serta transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang andilnya sebesar 0,02 persen.

BPS Catat Inflasi RI Januari 2024 0,04 Persen, Lebih Rendah dari Tahun Lalu

"Ada tiga kelompok pengeluaran, yakni bahan makanan, sandang, serta transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang ketiga itu mengalami deflasi. Sementara inflasi tertinggi terjadi di kelompok pendidikan rekreasi dan olah raga," tuturnya.

Untuk kelompok bahan makanan, dia mengatakan, yang memiliki andil terbesar yakni komoditas telur ayam yang andilnya 0,06 persen, bawang merah yang andilnya 0,05 persen, serta harga daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, yang andilnya masing-masing 0,02 persen.

Adapun untuk kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, Suhariyanto mengatakan, komoditas yang memiliki andil terbesar yakni tarif angkutan udara yang andilnya sebesar 0,02 persen.

"Menurut komponennya, itu terjadi deflasi karena deflasi pada adminsitered price sebesar 0,06 persen dan sumbangannya 0,01 persen. Untuk volatile price juga deflasi sebesar 1,24 persen andilnya 0,02 persen. Sementara, komponen inti terjadi deflasi 0,30 persen dengan sumbangannya 0,18 persen," ucap dia.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan sepanjang Agustus 2018, Indonesia akan mengalami deflasi sebesar 0,02 persen. Angka tersebut berdasarkan hasil survei BI hingga minggu ke IV Agustus.

Menurut dia, deflasi yang terjadi pada Agustus lebih disebabkan oleh harga pangan yang menurun. Sehingga, BI perkirakan inflasi yoy akan mencapai 3,04 persen. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya