Rupiah Dekati Level Krismon, BI Diproyeksi Kembali Naikkan Suku Bunga

Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Rupiah merosot ke level terendah terhadap dolar Amerika Serikat, sejak krisis keuangan Asia 1998, di tengah ketegangan dagang yang memburuk. Aksi jual brutal Lira Turki dan Peso Argentina, dinilai juga sangat berperan pada depresiasi drastis rupiah. 

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Selasa 4 September 2018, rupiah per dolar AS dibanderol Rp14.840. Menguat dibanding perdagangan kemarin, yang dibanderol rata-rata antar bank senilai Rp14.767 per dolar AS.  

Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed mengungkapkan, gejolak di Turki dan Argentina, memicu ketidakpastian, sehingga mata uang pasar berkembang dapat semakin melemah.

Erick Imbau BUMN Beli Dolar AS Besar-besaran, Menko Perekonomian hingga Wamenkeu Bilang Gini 

Walaupun Bank Indonesia menyatakan mengintervensi pasar valas dan pasar obligasi, tekanan eksternal dalam bentuk ekspektasi kenaikan suku bunga AS, dapat terus memperburuk situasi bagi rupiah. 

Dia menilai, BI mungkin terpaksa menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Guna, berusaha menanggulangi depresiasi rupiah.

Rupiah Mulai Menguat ke Level Rp 16.172 per Dolar AS

"Kenaikan suku bunga mungkin dapat membantu rupiah, namun juga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkapnya. (asp)

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

OJK menilai bahwa risiko yang dihadapi industri perbankan nasional akibat penguatan dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu ini masih dapat dimitigasi dengan baik.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024