Penawaran Panjang, Permintaan Obligasi Ritel Tabungan Rp3 Triliun

Luky Alfirman.
Sumber :
  • Dokumentasi Kementerian Keuangan

VIVA – Kesadaran berinvestasi masyarakat dalam instrumen surat utang negara terus meningkat saat ini. Hal tersebut terbukti dengan tingginya minat pemesanan SUN berbasis tabungan atau Savings Bond Retail (SBR) seri 004 yang diterbitkan beberapa waktu lalu. 

Ada Proyek Ibu Kota Baru, Sri Mulyani Jaga Defisit APBN Sesuai Target

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, hingga saat ini pesanannya sudah mencapai Rp3 triliun. Panjangnya masa penawaran SBR004 dinilai menjadi salah satu kunci banyaknya peminat surat utang ini. 

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Luky Alfirman, menilai, masa penawaran SBR004 yang panjang membuka kesempatan lebih besar bagi masyarakat yang semakin sadar berinvestasi dengan adanya instrumen SUN berbasis tabungan. 

Defisit APBN Oktober 2021 Capai Rp548,9 Triliun

“Selain kesadaran berinvestasi, kami melihat adanya kesadaran berbangsa para pemesan instrumen SBR004 untuk berkontribusi langsung dalam pembangunan negara melalui instrumen SUN berbasis tabungan,” ujar Luky dikutip dari keterangan resminya, Jumat 7 September 2018.

Savings Bond Retail adalah produk SUN untuk investor individu (ritel) yang penjualannya dilakukan melalui sistem online yang dikenal dengan “e-SBN”. Sistem e-SBN merupakan salah satu terobosan pemerintah dalam upaya mengembangkan dan memperdalam pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik.

Sri Mulyani Prediksi Dua Hal ini Buat Defisit APBN 2022 Lebih Rendah

Inovasi teknologi e-SBN juga telah menjangkau investor di 34 provinsi dan memberikan kemudahan kepada investor untuk berinvestasi di instrumen SUN Ritel. Selama 24 jam selama dan masa penawaran sekaligus dapat menjangkau basis investor ritel yang lebih luas.

Hingga pekan ini, SBR004 yang diterbitkan secara elektronik (e-SBN) dengan masa penawaran mulai 20 Agustus hingga 13 September 2018 telah mencapai lebih dari Rp3 triliun dari target di atas Rp5 triliun.

Dana hasil penjualan SBR004 tersebut akan dialokasikan pemerintah untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan APBN 2018, terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.     

Target SBR004 pun, menurutnya, jauh lebih besar dibandingkan tiga SBR sebelumnya. Dari hasil penjualan SBR001 tercapai Rp2,39 triliun, sedangkan hasil penjualan SBR002 Rp3,92 triliun. Strategi berbeda dilakukan pada SBR003 yang meraih Rp1,93 triliun, karena ditujukan pada pasar yang lebih ritel dan milenial.

Sebagai produk yang merupakan penerus dari SBR003, penjualan SBR004 ditawarkan dengan tingkat kupon perdana yang tidak kalah menarik, yakni 8,05 persen dengan masa tenor 2 tahun yang diperoleh dari penjumlahan antara suku bunga Bank Indonesia 7 Days Repo Rate yang sudah naik 125 bps tahun ini menjadi 5,50 persen, dengan premium spread tetap sebesar 255 bps.

“Selain itu, SBR004 serupa SBR003 dipasarkan secara daring dan melibatkan 11 mitra penjual, melampaui SBR003 yang hanya melibatkan 9 mitra distribusi. Kami optimistis, hingga masa penutupan target di atas Rp5 triliun akan tercapai,” tuturnya.

Obligasi negara ini diterbitkan untuk menambal defisit APBN 2018 yang bersumber dari pembiayaan atau utang. Kebutuhan pembiayaan anggaran tahun ini mencapai Rp325,9 triliun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya