BTN Tegaskan Kinerja Bisnis Tak Terpengaruh Pelemahan Rupiah

Direktur Utama BTN Maryono
Sumber :
  • VIVA.co.id/Romys Binekasri

VIVA – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) siap mendongkrak pertumbuhan sektor riil khususnya yang terkait dengan properti. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi yang terjadi sebagai dampak krisis global yang disebabkan perang dagang dan pelemahan nilai tukar.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Direktur Utama BTN, Maryono, menjelaskan, untuk mengatasi dampak ketidakpastian isu global yang terjadi saat ini, BTN telah siap melakukan antisipasi dengan melakukan sejumlah aksi korporasi. 

“Jika sektor riilnya berkembang maka akan ada suatu pergerakan ekonomi dan bisa mendorong pertumbuhan secara tidak langsung,” jelas Maryono dikutip dari keterangan resminya, Jumat 7 September 2018. 

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

Menurut Maryono, dalam bisnis pembiayaan properti ada sekitar 117 industri yang ikut terlibat. Untuk itu, perseroan akan mendorong pertumbuhan KPR sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 

“Jadi kalau bisnis properti naik, maka semua akan ikut terdorong naik,” tuturnya.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

Maryono mengungkapkan, permintaan kredit saat ini masih cukup bagus, terutama untuk KPR subsidi. Karena rumah merupakan kebutuhan pokok, sehingga permintaan KPR subsidi di berbagai daerah sangat tinggi.

“Kalau rumah menengah atas memang ada koreksi, tetapi BTN mayoritas di KPR subsidi jadi tidak mengganggu kinerja perseroan. Secara umum KPR growth sekitar 19 persen,” tegasnya. 

Mengenai pelemahan rupiah yang terjadi, Maryono menegaskan, hal tersebut tidak berdampak pada bisnis BTN. Sebab, outstanding perseroan semuanya dalam bentuk rupiah. 

“BTN ini enggak ada pengaruh karena semua outstanding kami rupiah dan dana sebagian besar, hampir 100 persen adalah rupiah, jadi enggak ada dampak secara langsung,” kata Maryono. 

Maryono menuturkan, selain didukung permintaan KPR subsidi yang tinggi, kinerja BTN juga diuntungkan dengan relaksasi aturan uang muka atau Loan to Value (LTV). 

“Dengan berbagai stimulus tersebut serta kesiapan BTN menggarap berbagai peluang bisnis yang ada, kami meyakini akan tetap mencatatkan realisasi kinerja bisnis sesuai target yang telah ditetapkan sejak awal tahun,” jelas Maryono.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Samual, menilai kinerja perbankan nasional masih tangguh di tengah tekanan pasar keuangan yang terjadi saat ini. Bank-bank papan atas di Tanah Air diproyeksikan masih mampu membukukan pertumbuhan kredit dua digit, meski tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya.

“Kredit mungkin saja bisa menyentuh hingga 12 persen (pada akhir 2018), tapi memang untuk (penghimpunan) dana masih agak berat karena masih ada tekanan eksternal,” jelas David.

Hingga Juli 2018, BTN mencatat penyaluran kredit dan pembiayaan tumbuh sekitar 19,55 persen secara yoy dari Rp178,58 triliun pada Juli 2017 menjadi sekitar Rp213,5 triliun.

Untuk dana pihak ketiga (DPK), BTN berhasil menghimpun dana sekitar Rp188,33 triliun atau naik sekitar 17,27 persen yoy dari Rp160,59 triliun.

Dengan kinerja tersebut, BTN mencatatkan total aset sekitar Rp264,51 triliun pada Juli 2018. Atau naik 17,73 persen yoy dari Rp224,68 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya