Jurus Citilink Hadapi Pelemahan Rupiah

Penerbangan Perdana Citilink di Halim Perdanakusuma
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Nilai tukar rupiah yang melemah dalam beberapa waktu terakhir, ikut menekan kinerja keuangan di bisnis maskapai penerbangan di Indonesia. Salah satunya adalah maskapai berbiaya hemat atau low-cost carrier/LCC, Citilink Indonesia yang cukup terpengaruh dengan pelemahan rupiah tersebut.

Rupiah Amblas ke Rp 16.200 per dolar AS, Gubernur BI Lakukan Intervensi

Direktur Utama Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo mengatakan, pihaknya memiliki komponen biaya atau cost yang harus dibayar dengan dolar AS. Di antaranya, seperti fuel atau bahan bakar hingga biaya rental pesawat.

"Jadi, yang bayar dengan USD adalah sewa pesawat. Kontribusi terbesar setelah fuel itu adalah biaya rental pesawat, itu menyumbang 30 sampai 35 persen dari total biaya. fuel 40-43 persen," ujar Juliandra ditemui di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Jumat 7 September 2018.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

Ia melanjutkan, ekspansi Citilink dengan membuka rute internasional ke tiga kota di China adalah salah satu upaya untuk menambah pendapatan dalam bentuk valuta asing. Hal ini menjadi salah satu strategi pihaknya untuk menyelamatkan margin perusahaan.

"Kita ingin menambah rute internasional karena ini adalah bagian dari strategi juga dan ini adalah bagian juga dari bagaimana perusahaan memitigasi dampak terhadap depresiasi rupiah. Sehingga kita harus bisa banyak mendapatkan pendapatan dalam bentuk valuta asing, gitu," ujarnya.

Rupiah Sentuh Rp 16.200 per Dolar AS, Begini Prediksi Terbaru Astronacci

Selain itu, Juliandra mengatakan, strategi lain perusahaan menyikapi pelemahan rupiah adalah menaikkan tingkat utilisasi pesawat. Dengan semakin tinggi tingkat utilisasi pesawat maka biaya yang ada akan semakin menurun.

"Kita (utilisasi) sudah di angka 10 jam per hari. Dan kita akan menuju 11 jam. Dengan menambah frekuensi, ke kota-kota terutama yang positif profit buat kita itu kita naikkan utilisasinya, frekuensinya," katanya.

Ia menambahkan, aturan kenaikan tarif batas bawah (TBB) tiket pesawat yang diatur pemerintah naik 5 persen dari 30 menjadi 35 persen dari tarif batas atas, juga cukup membantu kinerja keuangan Citilink.

"Ya, ada efeknya lah, walaupun tidak signifikan. Kita terima kasih itu disetujui," ujarnya.

Angka TBB sebesar 35 persen itu menurutnya sudah dalam koridor yang benar. Ia pun mengaku tidak sulit bagi perusahaan untuk mengaturnya.

"Saat ini, kan demand-nya seat of factor-nya juga naik, tumbuh, sehingga tidak terlalu sulit menaikkan, dan sudah dua bulan ini, load factor kita sudah tinggi, mencapai bahkan 90 persen," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya