Startup Unicorn Bisa Dongkrak Ekonomi, Asalkan Fokus di Dalam Negeri

Ilustrasi startup.
Sumber :
  • www.pixabay.com/ngecphuc1404

VIVA – Di tengah terus berkembangnya era ekonomi digital saat ini, semakin banyak perusahaan rintisan yang meraih sukses dengan cepat atau biasa disebut unicorn. Potensi bisnis perusahaan rintisan berbasis digital pun dinilai masih besar saat ini. 

Rupiah Ambruk Pagi ini ke Rp 15.841 per Dolar AS

Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PDI-Perjuangan Eva Kusuma Sundari menilai, kehadiran unicorn dapat membantu pemerintah yang sedang berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan inovasi di Tanah Air. Syaratnya, bisnis yang dilakukan harus terlebih dahulu memaksimalkan pasar dalam negeri. 

"Indonesia perlu tingkatkan indeks kompetisi agar para unicorn tetap stay menggarap pasar dalam negeri, karena potensi kita sangat besar," ujar Eva dikutip dari keterangan resminya,Rabu 12 September 2018. 

2024 jadi Tahun Krusial bagi Industri Kripto Indonesia

Pasar bisnis perusahaan unicorn pun didukung oleh populasi yang besar dan jumlah pengguna internet yang terus meningkat. Terlebih lagi, Indonesia perlahan-lahan bergerak menuju ekosistem ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat 143,26 juta orang Indonesia menggunakan internet pada akhir 2017. Jelas jumlah ini merupakan pasar yang sangat menggiurkan bagi perusahaan rintisan yang bermimpi untuk menjadi unicorn. Saat ini, sedikitnya terdapat empat unicorn di Indonesia, yakni Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

Detik-detik Roket Space One Meledak di Udara Setelah 5 Detik Diluncurkan

Di tengah ekonomi domestik yang sedang melemah saat ini, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha meminta para unicorn dapat fokus mendorong bisnis di dalam negeri agar pertumbuhan ekonomi terdongkrak. Bukan malah berekspansi ke luar negeri seperti Gojek ke Vietnam. 

Menurut Satya, harusnya Gojek meningkatkan elektabilitas penguasaan pasar dalam negeri seperti negara China. Upaya itu pada akhirnya memicu perusahaan lokal mampu menguasai pasar dalam negeri. 

"Pasar dalam negeri masih luas. Pemain didorong untuk menjadi penguasa dalam negeri. Baru kuasai pasar luar negeri. Ekspansi ke Vietnam yang nikmati nanti justru mereka terutama dari sisi value chain," tambahnya.

Di sisi lain, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mendesak, pemerintah membuat aturan yang jelas soal kinerja para startup unicorn. Upaya itu agar kontribusinya jelas mendongkrak ekonomi Indonesia.  

"Regulasi tidak ada. Yang sekarang hanya bersifat parsial. Contoh ride sharing hanya diatur PP Menhub. Padahal bisnis unicorn seperti Gojek berkembang luas menjadi 10 bidang," jelasnya.

Dia pun menilai, pemerintah kurang antisipasi terhadap perubahan lingkungan bisnis yang bergerak ke arah digital.

"Perlu peta jalan dan blueprint yang jelas. Polemik dapat diakhiri kalau regulator memiliki aturan. Ekonomi digital adalah keniscayaan. Tinggal aturan yang jelas untuk meminimalkan ekses. Kita harus maksimalkan manfaatnya," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya