Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi 2019 Berpotensi Meleset

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan potensi melesetnya pertumbuhan ekonomi pada 2019 yang telah ditetapkan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019 sebesar 5,3 persen masih berpotensi besar.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Dia menjelaskan, melesetnya pertumbuhan ekonomi pada 2019 akan bisa mencapai 5,17 persen, terutama dipicu oleh berlanjutnya risiko dari kondisi gejolak perekonomian global yang berdampak terhadap perekonomian domestik, khususnya akibat meningkatnya depresiasi nilai tukar rupiah maupun kondisi defisit neraca transaksi berjalan Indonesia yang terjadi pada 2018 dan berlanjut hingga 2019.

"Investasi dan konsumsi terpengaruh. Turun di 5,17 persen di 2019. Namun downside risk-nya yang kami sampaikan ke dewan adalah kalau terjadi dinamika ini kemungkinan akan menekan pertumbuhan ke 5,17 persen karena tadi faktor yang berhubungan dengan impornya makin rendah," kata dia di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis, 13 September 2018.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Meski begitu, Sri Mulyani optimis pertumbuhan ekonomi yang telah dicantumkan dalam RAPBN 2019 akan bisa tetap tercapai di angka 5,3 persen. Terutama dengan kebijakan untuk terus mendorong ekspor dan mengendalikan impor.

"Tadi kami sampaikan beberapa dinamika, terutama berkaitan dengan nilai tukar yang kemudian terlihat dalam dinamika eksternal account kita. Ekspor minus impor menunjukkan adanya perubahan atau kita memproyeksikan impor akan sedikit menurun. Oleh karena itu akan memengaruhi apakah itu di sisi investasi maupun konsumsi," katanya.

Sri Mulyani Janjikan Insentif ke Perusahaan Peduli Perubahan Iklim

"Dan kalau ini berlangsung sampai 2019, memang kita tetap pada pemikiran growth-nya di 5,3 persen dan kita akan tetap menjaga seluruh komponen, baik di sisi agregat demand-nya maupun dari sisi agregat suplainya," tambah Sri Mulyani.

Oleh karena itu, dia menegaskan, dengan kewaspadaan terhadap kondisi global yang terus ditingkatkan pemerintah, serta ekspor yang terus digenjot, maka downside risk seperti dinamika impor yang meningkat karena depresiasi rupiah yang kemudian memengaruhi terhadap investasi dan konsumsi tidak akan menekan pertumbuhan ekonomi hingga 5,17 persen di 2019.

"Karena tadi faktor yang berhubungan dengan impornya makin rendah kita harapkan ekspornya bisa makin tinggi. Jadi harusnya growth-nya momentumnya cukup positif. Namun kita harus waspada dari sisi growth investasi yang selama ini kita harapkan tumbuh di atas tujuh persen," tuturnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya