Perang Dagang Memanas, RI Waspadai Banjirnya Produk Impor AS-China

Ilustrasi pelabuhan peti kemas di Amerika Serikat.
Sumber :
  • reuters

VIVA – Kementerian Perdagangan memastikan, pemerintah telah menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Dampak utama yang berpotensi besar memasuki Indonesia, salah satunya adalah banjirnya produk-produk kedua negara tersebut masuk ke Indonesia.

PB KAMI Laporkan Dugaan Oknum Pejabat yang Terima Suap Pengusaha Oli dan Sparepart Palsu

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo menjelaskan, potensi risiko itu besar terjadi, karena produk yang terhambat pasti akan mencari jalan ke pasar lain. Ancaman itu harus cepat di atasi, agar defisit neraca perdagangan tidak terus terjadi.

"Kita kelola impor lebih baik, karena ada trade diversion dari China dan AS. Ini PR (pekerjaan rumah) kita, meningkatkan daya saing, infrastruktur, dan dari sektor jasa maupun barang untuk diekspor," katanya di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa 18 Agustus 2018.

Kementerian Perdagangan dan Penegak Hukum Diminta Lebih Tegas Tangani Peredaran Oli Palsu

Menurut dia, dengan adanya perang dagang, maka Indonesia tidak lagi hanya memfokuskan kegiatan ekspor-impornya terbatasi melalui sektor manufaktur maupun barang saja. Melainkan, harus ditingkatkan dari sektor jasa, usaha ekonomi kreatif, maupun sektor-sektor lainnya seperti digital market.

"Eksim (Ekspor-Impor) kita cenderung hanya bicara barang, padahal ke depan potensinya sangat besar untuk jasa, termasuk aplikasi dan sektor kreatif. Karena, kita masih lebih kecil dari Malaysia atau Singapura," tuturnya.

PB KAMI Desak Kementerian Perdagangan Cabut Izin Perusahaan Pembuat Oli Palsu

"Juga manfaatkan FTA (Free Trade Agreement) dan percepat perundingan. Kita sudah dirikan FTA center di empat kota, untuk membimbing pelaku usaha kita memanfaatkan FTA tadi untuk menempuh trade measure," tambah Imam.

Di samping itum lanjut dia, pemerintah juga akan fokus untuk memperluas akses pasar domestik ke negara-negara lain, di samping negara-negara pasar tradisional seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, maupun China. Hal ini, selain dapat memperluas pasar ekspor bagi pelaku usaha domestik, juga mampu menahan ketergantungan Indonesia dari produk-produk negara tersebut.

"Misalnya region Afrika di Mozambik, Maroko, dan Tunisia, untuk diversifikasi ekspor dan jasa kita. Kita tidak ingin terus-terusan bergantung pada yang tradisional," tegasnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya