Angka Pertumbuhan Produktivitas TKI Masih di Bawah China dan India
- VIVA.co.id/ Rintan Puspitasari
VIVA – Anggota Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengkajian Ekonomi atau LP3E Kadin Indonesia, Ina Primiana menyayangkan rendahnya daya saing para tenaga kerja Indonesia di pasar ekspor jasa global.
Dari data yang dimiliki oleh LP3E Kadin, Ina menyebut bahwa angka pertumbuhan produktivitas pekerja asal Indonesia, saat ini masih tertinggal, dibanding dengan para pekerja asal China dan India.
"Angka Labour Productivity Growth TKI kita itu hanya 3,02 persen, masih tertinggal dari China yang mencapai 6,18 persen dan India 5,53 persen," kata Ina dalam diskusi di kantor Kadin, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis 27 September 2018.
Kondisi ini, menurut Ina, berkaitan dengan tidak efektifnya anggaran 20 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), untuk memajukan pendidikan dan SDM masyarakat Indonesia. Sehingga, daya saing para TKI masih kalah secara kualifikasi, dibandingkan dengan para pekerja asing asal China dan India.
"Padahal, anggaran pendidikan di India tak sebesar di Indonesia, yang mencapai 20 persen dari APBN," kata Ina.
Hal ini, menurut Ina, merupakan salah satu beban dari upaya pemerintah Indonesia, dalam hal meningkatkan sektor ekspor jasa TKI di kancah internasional.
Karena, selain masalah inkonsistensi pemerintah terkait penerapan UU PPN No. 42/2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang dan Jasa, menurunnya jumlah TKI akibat kalah saing dalam hal kualifikasi, merupakan salah satu penyebab defisitnya neraca perdagangan nasional.
"Kesimpulannya, sektor ekspor jasa kita belum bisa dikelola maksimal sejak tahun 2010, dan hal itu ikut berimbas pada defisit neraca perdagangan," ujarnya.
