Curhat Peritel Palu, Sudah Rugi Ratusan Miliar Masih Dijarah Pula

Warga mengambil barang yang ada di mall PGM pascatsunami di wilayah Talise, Palu
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Pelaku usaha ritel meminta pemerintah dan aparat keamanan, untuk menindak pelaku penjarahan berbagai toko ritel yang porak poranda akibat dilanda bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, khususnya di Donggala dan Palu.

Peritel Kritik Kebijakan Subsidi Ongkir, Kebanyakan untuk Produk Asing

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah mengungkapkan rasa prihatinnya atas kejadian yang terjadi di Palu dan sekitarnya. 

"Namun kami pun sangat menyayangkan terjadinya penjarahan di pusat perbelanjaan, yang dialami oleh sebagian anggota kami.” kata dia dalam keterangan resminya, Senin 1 Oktober 2018.

Gaprindo Gandeng Peritel hingga Manfaatkan Medsos Cegah Perokok Anak

Menurut dia, aksi penjarahan tersebut merupakan tindakan kriminal. Karena itu, Hippindo meminta dukungan penuh dari pemerintah dan para pihak yang berwenang, untuk segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengamankan keadaan dan mencegah terulangnya kejadian penjarahan di berbagai pusat perbelanjaan dan toko-toko lainnya. 

"Penjarahan ini merupakan tindak kriminal yang harus dicegah dan yang perlu dilakukan adalah upaya-upaya agar ekonomi di Palu dan Donggala bisa segera bangkit kembali," ungkapnya.

Presiden Jokowi Pastikan Hunian Korban Bencana Palu Selesai di 2020

Sementara itu, Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau Aprindo, Roy Nicholas Mandey pun turut menyayangkan pernyataan dan sikap pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang sempat yang memberikan izin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko Ritel yang ada di Palu dan Donggala. 

Apalagi, hal tersebut dilakukan tanpa koordinasi lebih dahulu dengan para pemilik usaha atau managemen maupun menghubungi Aprindo sebagai asosiasi pengusaha toko modern.

"Keputusan ini tidak mendidik masyarakat di samping itu pemerintah seolah-olah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertindak di luar tata kerama, moral, etika, multi tafsir dan kurang berbudaya," tegas dia.

Padahal, lanjut Roy, peritel modern telah turut pula selama ini memberikan kontribusi bagi kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 

"Update terakhir sampai saat ini telah terjadi pengambilan barang oleh masyarakat di 40 gerai Alfamart dan satu gerai Hypermart di Kota Palu," tuturnya.

Di samping itu, Roy mengungkapkan, Aprindo sendiri mencatat adanya kerugian sekitar Rp450 miliar yang dialami oleh anggota-anggota Aprindo yang memiliki gerai toko modern, seperti Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi dan lainnya di Poso, Palu, dan Donggala.

Kerugian tersebut meliputi kerusakan bangunan, display barang dagangan dan stok barang di gudang. Serta sedikitnya lima orang korban jiwa dari para penjaga toko akibat gempa dan tsunami yang melanda wilayah tersebut.

"Sampai saat ini gerai ritel Aprindo yang berada di Palu dan Donggala masih belum beroperasi dikarenakan masih dalam proses konsolidasi dan pendataan. Semoga dalam waktu singkat dapat segera beroperasi kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya