IMF Pangkas Pertumbuhan Global, Menkeu: Tak Dapat Dihindari

Direktur IMF Chtistine Lagarde dan Menkeu Sri Mulyani
Sumber :
  • VIVA/Satria Zulfikar

VIVA – International Monetary Fund atau IMF, dalam World Economic Outlook Oktober 2018 telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari yang diperkirakan tumbuh 3,9 persen menjadi 3,7 persen hingga 2019. 

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pemangkasan pertumbuhan ekonomi oleh IMF itu memang tidak lagi dapat di hindari. Lantaran lingkungan perekonomian global saat ini memang terus memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. 

"Tentu IMF akan sampaikan apa faktor-faktor dari sisi demand side maupun supply side, tapi lingkungan yang kita hadapi sekarang dengan adanya kenaikan suku bunga dan nilai tukar, dia sebabkan beberapa aspek dari agregat demand kita terpengaruh," kata dia saat ditemui di Hotel Conrad Nusa Dua, Bali, Selasa 9 Oktober 2018.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Menurutnya, dengan kondisi global saat ini yang sedang mengalami normalisasi kebijakan moneter, khususnya yang dipicu oleh normalisasi kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve maka hal itu akan memengaruhi masuknya investasi dan arus modal di negara-negara emerging market

"Kalau dengan interest rate BI merespons, pasti kita melihat ada pengaruhnya terhadap investasi dan exchange rate, kami harap impor turun ekspor baik. Kalau responsnya lebih cepat harusnya bisa canceling. Tapi kita lihat bagaimana respons industri kita terhadap lingkungan yang kita hadapi," ujarnya menjelaskan.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

IMF juga telah memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung lebih rendah dari proyeksi yang telah dicantumkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yakni sebesar 5,1 persen dari yang sebesar 5,4 persen.

Menurut Kepala Ekonom IMF, Maurice Obstfeld, pemangkasan proyeksi tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh downside risk atau risiko yang menurunkan pertumbuhan ekonomi itu semata, melainkan dipengaruhi adanya peningkatan tekanan negatif global lanjutan yang terjadi di 2019.

Dia mencontohkan di antaranya, menguatnya perekonomian AS secara tunggal akibat dari stimulus kebijakan fiscalnya, serta keberlanjutan perang dagang yang terus memberikan dampak buruk terhadap iklim perdagangan global. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya