Normalisasi Moneter AS Berdampak ke RI, BI Minta The Fed Jelaskan

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Annual Meeting IMF-World Bank 2018.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Arrijal Rahman

VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo bersama dengan President of the Federal Reserve Bank of New York, John Carroll Williams, di sela pertemuan tahunan IMF-Wold Bank 2018, duduk bersama membahas dampak normalisasi kebijakan moneter negara-negara maju, khususnya AS, bagi negara-negara emerging market seperti Indonesia.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

Dalam sambutannya, Perry meminta John menjabarkan secara mendetail bagaimana Amerika Serikat harus melakukan normalisasi tersebut, dan bagaimana respons mereka terhadap dampak lanjutan yang mengenai negara-negara emerging market akibat kebijakan tersebut.

"Bank Sentral harus menyelesaikan ini, kita menghadapi ketidakmenentuan keuangan dan ekonomi global. Normalisasi dan perang dagang harus kita bahas dan cari jalan keluarnya," kata Perry di Hotel Conrad, Nusa Dua, Bali, Rabu 10 Oktober 2018.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

Selain itu, lanjut dia, di tengah-tengah kondisi ketidakmenentuan tersebut, muncul digitalisasi ekonomi yang memberikan risiko baru bagi dunia keuangan global, yaitu cyber risk. Karena itu, dia menegaskan, BI dan The Fed sepakat untuk menciptakan skema baru menghadapi dampak ancaman-ancaman baru tersebut.

"Kita harus selalu bisa menghadapi ketidakmenentuan ini. Dalam ekonomi keuangan kita memahami ekonomi digital muncul membuat keuntungan tersendiri bagi kita semua untuk meningkatkan kehidupan. Kita harus meningkatkan nilai-nilai kehidupan ini. Tapi cyber risk harus kita respons bagaimana kita hadapi ini," tuturnya.

Harga Emas Hari Ini 3 Maret 2022: Global dan Antam Kompak Stagnan

"Kita sepakat untuk address hal ini. Maka kita harus membahas bagaimana dampak spillover dari kebijakan negara maju tersebut dan dampak digitalisasi ekonomi," tambah Perry.

Ilustrasi dolar AS

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Angka utang luar negeri tersebut turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$415,3 miliar.

img_title
VIVA.co.id
15 Maret 2022