Superkrane Resmi Cari Modal di Bursa untuk Tambah Alat Berat

Superkrane.
Sumber :
  • M Yudha Prastya.

VIVA – Perusahaan penyewaan alat berat, PT Superkrane Mitra Utama Tbk, resmi melantai di bursa setelah pencatatan saham perdana atau listing dan menjadi emiten ke-45 di Bursa Efek Indonesia 2018.

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 4,8 Triliun pada 2023, Anjlok 10,5 Persen

Emiten berkode "SKRN" ini mencatatkan seluruh sahamnya dengan porsi kepemilikan publik sebanyak 300.000.000, atau sebesar 20 persen dari jumlah modal disetor dan ditempatkan.

Presiden Direktur Superkrane, Yafin Tandiono Tan, mengatakan, langkah Initial Public Offering (IPO) ini merupakan tonggak utama perseroan untuk menjadi perusahaan publik yang lebih akuntabel, transparan, dan bertanggung jawab kepada seluruh investor, masyarakat serta pemangku kepentingan (stakeholders) dalam menjalankan bisnis ke depannya.

BEI Setujui Bentoel Hengkang dari Pasar Modal Indonesia

"Kami berterima kasih atas kepercayaan lebih dari 900 pemegang saham yang telah berinvestasi di saham SKRN. Kami yakin dana yang dihimpun melalui IPO ini akan mendorong pertumbuhan dan pengembangan bisnis Superkrane," kata Yafin di Gedung BEI, Jakarta, Kamis 11 Oktober 2018.

Saat ditanya langkah bisnis ke depan setelah IPO, Yafin mengaku bahwa perseroan tengah mengincar kontrak senilai US$100 juta hingga 2021.

Buka Perdagangan BEI, Ma'ruf Amin: Ekonomi 2024 Masih Menunjukkan Tanda-tanda Optimisme

Mengenai kontrak apa saja yang dijadikan target perseroan, Yafin hanya menjelaskan bahwa kontrak-kontrak itu berasal dari sejumlah sektor seperti misalnya migas, infrastruktur, dan pertambangan.

"Kami sudah mengantongi kontrak US$40 juta dari dua perusahaan migas dan pertambangan. Jumlah ini ditargetkan terus bertambah hingga tiga tahun ke depan dan menjadi motor pertumbuhan pendapatan," ujarnya.

Pendapatan Superkrane 2018 ditargetkan tembus Rp600 miliar, atau naik 25 persen dari 2017 sebesar Rp480 miliar. Sementara itu, tahun depan, perseroan menargetkan pendapatan bisa tumbuh 20 persen atau menjadi Rp720 miliar, dari estimasi yang akan diperoleh tahun ini.

Masih tingginya permintaan sewa crane dari sektor migas, infrastruktur, hingga pertambangan, dinilai sebagai latar belakang dari semua target tersebut. Perseroan bahkan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp600 miliar pada 2017 dan 2018, yang keseluruhannya dialokasikan untuk membeli crane dan alat berat lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya