Utang Dunia Meroket, IMF Ingatkan Pentingnya Jaring Pengaman Keuangan

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Wisnu Widiantoro

VIVA – Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau IMF, Christine Lagarde mengungkapkan, kondisi utang global dunia saat ini, menyentuh rekor barunya sejak sebelum krisis keuangan melanda pada 2008 lalu. 

Utang Luar Negeri RI Februari 2024 Naik Jadi US$407,3 MIliar, Ini Penyebabnya

Dia menyebutkan, utang global saat ini, baik utang pemerintah dan swasta, telah mencapai rekor baru, yakni senilai US$182 triliun atau 224 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) global. Dan, sekitar 60 persen lebih tinggi dibandingkan 2007 lalu.

Hal ini, menurutnya, memberikan risiko yang semakin nyata bagi masyarakat global, khususnya negara-negara emerging market. Sebab, ketidakseimbangan global saat ini semakin meluas, di mana defisit neraca transaksi berjalan yang lebih besar dari surplus neraca transaksi berjalan. 

Utang Luar Negeri RI Naik 2,7 Persen, Ini Sederet Pemicunya

"Saat kondisi keuangan semakin ketat, angin dapat berputar haluan, terutama bagi negara-negara kekuatan ekonomi baru, mendorong terjadinya arus balik aliran modal. Dan, dengan mudahnya arus balik ini dapat meningkat cepat dan bergulir melintasi batas negara, dengan dampak yang nyata bagi masyarakat," tuturnya di Bali Nusa Dua Convention Center, Jumat 12 Oktober 2018.

Untuk mencegah hal ini, lanjut dia, kebijakan-kebijakan domestik berbagai negara perlu dilengkapi dengan jaring pengaman keuangan global. Di mana, hal itu dapat diperoleh dari pengaturan pembiayaan regional atau regional financing arrangement.

Utang Luar Negeri RI Naik Lagi, Tembus Rp 6.237 triliun

"Inisiatif Chiang Mai, contohnya. Dan, ini dapat dilakukan dengan diiringi lembaga yang sering diminta untuk membantu, seperti IMF. Kami memastikan bahwa IMF memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk memperkuat kerja sama internasional," ujarnya.

Selain itu, kata dia, yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah dengan memperkuat perlindungan terhadap stabilitas perekonomian global. Yang mengharuskan negara-negara dengan defisit dan surplus yang berlebihan untuk bekerja melalui cara yang kooperatif.

"Prinsip kerja sama ini hadir dalam semua program kerja IMF, yaitu pemberian pinjaman (lending), pemantauan (surveillance) dan pengembangan kapasitas (capacity development)," tegasnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya