OJK Beberkan Tips Investasi Ideal bagi Kaum Milenial

VIVA Talk Investasi Jaman Now
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Mayoritas generasi milenial diakui masih belum mau memikirkan investasi untuk masa depannya secara serius. Mereka lebih bersifat cenderung konsumtif atau mengeluarkan pendapatan untuk liburan dan sekadar mencari pengalaman baru. 

27 Korban Penipuan Investasi Rp52 Miliar Geruduk Rumah Orang Tua Pelaku di Tasikmalaya

Deputi Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Sarjito mengatakan setuju dengan asumsi bahwa menabung bagi generasi milenial dalam kondisi saat ini tidak akan menjadikannya sejahtera. Perlu investasi yang lebih menantang dan produktif yang bisa dicari atau dipelajari oleh generasi muda sejak awal. 

"Satu satunya cara bagi generasi milenial adalah menahan konsumsi, simpan duit untuk masa depan," ujar Sarjito dalam Acara VIVA Talk bertajuk 'Investasi Jaman Now', di Jakarta, Kamis 18 Oktober 2018.

Jangan Sampai Terjerat Pinjol, Ini Tips Kelola Keuangan Lebih Cerdas

Ia melanjutkan, karakteristik investasi yang disukai oleh generasi milenial cenderung kepada investasi yang bersifat volatilitas. Padahal menurutnya, masih banyak investasi yang jelas menguntungkan seperti surat utang pemerintah, obligasi, saham hingga reksa dana. 

"Kalau sebulan 10 persen (imbal hasilnya) bisa 120 persen dalam setahun," katanya. 

Gibran Bereskan Pekerjaan Wali Kota usai Putusan MK, Siapkan Investasi Kecerdasan Buatan

Sarjito pun mengatakan, sebelum berinvestasi, milenial juga harus melihat perbandingan keuntungan antara instrumen investasinya. Misalnya saja, deposito dengan suku bunga tertentu dibandingkan imbal hasil obligasi atau pun surat utang pemerintah. 

"Lalu, juga Sukuk berapa (imbal hasilnya), kemudian yield di reksa dana berapa, terus kalau Anda investasi di saham yield-nya berapa,  Kalau menjanjikan keuntungan yang besar, too good to be true," katanya. 

Ia mencontohkan, anak muda saat ini justru ada yang salah masuk berinvestasi kepada cryptocurrency sepeti Bitcoin. Padahal investasi tersebut belum diizinkan di Indonesia karena tidak memiliki jaminan yang jelas. 

"Jadi harus dipelajari dengan sangat baik sebelum mereka masuk ke industri atau jangan masuk ke sesuatu yang belum dipahami betul," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya