KSSK Tegaskan Ekonomi Domestik Stabil Meski Dinamika Global Bergejolak

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • Syaefullah/VIVA.co.id

VIVA – Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK, Sri Mulyani Indrawati menyatakan, stabilitas sistem keuangan Indonesia hingga kuartal III 2018, tetap stabil dan terjaga, meski kondisi perekonomian global terus bergerak dinamis secara cepat.

Konflik Israel-Iran Memanas, Airlangga Sebut Stabilitas Keuangan Aman 

Hal itu disampaikannya, usai KSSK yang beranggotakan Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, maupun Ketua Dewan Komisioner LPS, menyelenggarakan rapat berkala dalam rangka koordinasi pemantauan dan pemeliharaan Stabilitas Sistem Keuangan.

"Untuk periode di kuartal III, kita assesment dengan melihat kondisi perekonomian global yang berkembang cepat. Kesimpulan rapat kami, di periode tersebut secara keseluruhan stabilitas sistem keuangan kita relatif terjaga atau aman. KSSK memandang dinamika perekonomian yang masih cukup tinggi namun dilihat dalam kondisi terkendali," katanya di saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis 1 November 2018.

Cadangan Devisa RI Naik ke US$138,1 Miliar di November 2023, Ini Penyebabnya

Adapun sejumlah indikator yang mendukung kesimpulan tersebut, yaitu pertumbuhan ekonomi yang masih tumbuh di atas lima persen, inflasi yang terkendali di bawah batas target 3,5 persen, cadangan devisa yang masih memadai, serta volatilitas nilai tukar rupiah yang masih sekitar 10 persen secara year to date.

Potensi risiko utama yang patut dicermati, dikatakannya, masih berasal dari arah kebijakan Pemerintah Amerika Serikat, dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonominya yang berdampak signifikan terhadap perekonomian dunia, antara lain melalui perang dagang dan proteksionisme.

Cadangan Devisa Indonesia Naik ke US$137,7 Miliar, Dipicu Penerimaan Pajak dan Jasa

Akibatnya, terjadi perlambatan dan ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi global yang berdampak negatif terhadap perekonomian domestik. Sementara itu, dari dalam negeri, Sri mengungkapkan, potensi risiko masih berasal dari defisit transaksi berjalan yang terus melebar, nilai tukar yang terus tertekan, serta ketergantungan pada ekspor komoditas tertentu.

“KSSK terus melakukan pemantauan dan mitigasi berkelanjutan atas dampak dari berbagai potensi risiko tersebut terhadap Stabilitas Sistem Keuangan," paparnya.

Mitigasi tersebut, di antaranya, di bidang moneter, BI telah dan akan terus memperkuat bauran kebijakan yang konsisten untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik untuk memperkuat ketahanan eksternal Indonesia.

Kemudian, dikatakannya, di bidang fiskal, Kementerian Keuangan terus berupaya meningkatkan kinerja APBN, baik dari sisi pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran. Adapun defisit anggaran sampai dengan kuarta III 2018, mampu mencapai 1,35 persen terhadap PDB.

Sedangkan di sektor jasa keuangan, kata dia, Otoritas Jasa Keuangan terus memantau dinamika eksternal yang dapat memengaruhi kinerja sektor jasa keuangan dalam negeri, di mana sejumlah indikator intermediasi keuangan tercatat mengalami perkembangan positif. Pertumbuhan kredit perbankan yang terus meningkat 12,69 persen, serta penghimpunan dana di pasar modal yang mencapai Rp143,6 triliun per 19 Oktober 2018.

"Di bidang penjaminan simpanan. Lembaga Penjamin Simpanan akan terus memantau tren kenaikan suku bunga simpanan perbankan yang masih berlanjut merespons kenaikan suku bunga acuan," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya