Melihat Prospek Investasi Reksa Dana Saham di Kuartal IV 2018

IHSG
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Memasuki kuartal IV 2018, kondisi makro ekonomi Indonesia bakal melewati masa yang cukup menantang. Di mana, nilai tukar rupiah sempat melemah hingga Rp15.200 per dolar Amerika Serikat, atau melemah lebih dari 10 persen sepanjang 2018. 

Lalui Seleksi Ketat, 63 Reksa Dana Sabet Penghargaan Best Mutual Fund Awards 2024

Intervensi Bank Indonesia melalui cadangan devisa dan menaikkan tingkat suku bunga acuan pun, nyatanya tidak terlalu ampuh dalam menjaga nilai tukar rupiah pada posisi yang ideal. Namun, kinerja perusahaan-perusahaan yang terdapat di bursa masih dapat berada pada teritori positf. 

Sektor-sektor yang bisnisnya banyak melakukan ekspor mengalami kenaikan penerimaan yang positif dari pelemahan nilai tukar. Kemudian, sektor keuangan, spesifik emiten perbankan, juga mendapatkan tren positif, didukung oleh kenaikan tingkat pinjaman kredit perbankan pada tahun ini.

Perprindo Protes Permenperin Baru soal Impor Elektronik Picu Ketidakpastian Hukum, Ini Penjelasannya

Chief Investment Officer PT Danareksa Investment Management, Edwin Ridwan menilai, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di kisaran di atas lima persen tertolong oleh membaiknya konsumsi masyarakat. Tingkat konsumsi rumah tangga pada 2018 kembali membaik, tumbuh di atas lima persen, setelah sejak 2012 mengalami tren penurunan di bawah lima persen pada 2017.

Selain konsumsi, Edwin menambahkan, belanja pemerintah yang fokus pada infrastruktur turut mendongkrak perekonomian Indonesia, naik di atas lima persen setelah pada akhir tahun lalu turun di bawah empat persen. 

Simak, Begini Cara Kerja Manajer Investasi Reksa Dana

Kondisi Indonesia tergolong baik, jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang masuk dalam kategori negara berkembang, karena masih dapat membukukan pertumbuhan ekonomi di atas tahun lalu pada saat negara berkembang lain seperti, Turki dan Argentina mengalami kontraksi dalam ekonominya.

Situasi global itu, tidak lepas dari adanya situasi global yang tidak kondusif akibat dari aksi Presiden AS, Donald Trump, yang mencanangkan penyesuaian tarif impor masuk AS dengan banyak negara mitra dagang mereka.

Selain itu, ketegangan geopolitik antara AS-Iran juga menyebabkan kekhawatiran atas persediaan minyak global yang membuat harga minyak Brent naik di atas US$80 per barel, setelah sepanjang 2018, berada di kisaran US$60 per barel.  

Ditambah dengan rencana banyak negara maju di dunia yang melakukan penyesuaian atas kebijakan moneter yang selama ini longgar mulai melakukan penyesuaian karena perekonomian yang semakin baik pada kawasan Eropa dan Amerika Serikat.

Dampak dari kondisi ini pun membuat investor mulai melakukan penyesuaian portofolio. Investor yang selama ini menikmati pertumbuhan positif di negara berkembang, akhirnya mulai melakukan penambahan investasi ke negara maju dari negara berkembang. 

"Namun, kami nilai situasi ini tidak akan terus-menerus, di mana pada saat ini kalau kita ukur valuasi AS membukukan angka yang relatif tinggi sejak tahun 2011,” Kata Edwin dikutip dari keterangan resminya, Senin 5 November 2018. 

Dari pergerakan indeks domestik lanjutnya, saham-saham dalam sektor keuangan dan konsumer bergerak positif pada 2016 dan 2017 membukukan pergerakan positif rata-rata 30-40 persen. Sedangkan, indeks LQ 45 dan Indeks Harga Saham Gabungan masing-masing tumbuh di angka 36 persen dan 38 persen. 

Tapi di awal 2018 sampai Q3 2018, indeks LQ45 turun sebesar 12 persen, lebih dalam dari Indeks Harga Saham Gabungan turun enam persen. Di mana, investor asing melakukan aksi jual dalam jumlah besar pada periode tersebut sampai dengan US$40 triliun penjualan bersih, membuat nilai saham-saham kapitalisasi besar, terutama yang ada di dalam indeks LQ45, memiliki nilai yang lebih atraktif di awal Q4 2018 ini.

"Untuk investor dalam negeri, bisa melihat kondisi ini sebagai kesempatan baik untuk mulai secara bertahap menempatkan dananya pada Reksa Dana jenis saham," tambahnya. 

Dia menjelaskan, untuk berinvestasi di Reksa Dana Saham, investor pemula harus memilih manajer investasi yang fokus mengelola dana investasinya pada perusahaan-perusahaan yang berpotensi dapat menunjukkan kinerja positif, di tengah gejolak situasi global saat ini. 

"Perusahaan dengan basis ekspor yang baik dan Perbankan yang membukukan kinerja positif dari kenaikan pinjaman tahun ini akan menjadi pilihan dalam portofolio," ungkapnya.  

Lebih lanjut, menurutnya, sektor konsumer yang selama ini bergerak negatif, juga menjadi salah satu pilihan juga menjelang adanya alokasi APBN yang fokus pada subsidi dan dana desa, serta momentum Pemilu Presiden 2019. 

Menurutnya, DIM sendiri saat ini memiliki Reksa Danna Saham Danareksa Mawar Konsumer 10. Secara umum, saham-saham yang ada di LQ45 menjadi fokus pengelolaan dana investor di Reksa Dana tersebut

Catatan DIM, Danareksa Mawar Konsumer 10 yang telah diluncurkan pada 2011, sampai dengan akhir Oktober telah mengelola dana sudah mencapai Rp511 miliar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya