Genjot Bisnis Bancassurance, Bank Sinarmas Bidik Entrepreneur

Presiden Direktur Bank Sinarmas Frenky Tirtowijoyo.
Sumber :
  • Dokumentasi Bank Sinarmas.

VIVA – Tingginya potensi nasabah investasi dan asuransi di Indonesia, terus dimanfaatkan industri perbankan untuk mengembangkan produknya. Sekmen bisnis ini dinilai, bisa ikut  mendongkrak pendapatan di masa depan. 

OJK Cabut Izin Usaha Asuransi WanaArtha Life

PT Bank Sinarmas Tbk, misalnya. Dengan menggandeng Asuransi Simas Jiwa, bank tersebut  meluncurkan dua produk bancassurance, yakni Simas Investa Link (SIL) Dollar dan SIL Syariah. Produk ini merupakan upaya Bank Sinarmas untuk menggenjot fee based income dari bisnis bancassurance.

Direktur Utama Bank Sinarmas, Frenky Tirtowijoyo mengatakan, Simas Investasi Link Dolar ialah produk investasi dan proteksi jiwa yang tabungannya menggunakan dolar AS. Sedangkan, untuk Simas Investasi Link syariah adalah produk investasi dan proteksi dengan? sistem syariah.

OJK: Pertumbuhan Industri Asuransi 2023 Perlu Didukung Relaksasi

"Produk ini sengaja dirancang untuk entrepreneur atau karyawan dengan level manager ke atas yang menginginkan manfaat dan proteksi. Karena kami ingin memfasilitasi nasabah perlindungan meninggal dunia dan investasi," ujar Frenky dikutip dari keterangan resminya, Rabu 7 November 2018. 

Dia berharap, produk ini dapat meningkatkan porsi bancassurance terhadap total fee based income Bank Sinarmas, yang masih besar potensi untuk dikembangkan saat ini.

Industri Asuransi Optimistis Resesi Global 2023 Bakal Ciptakan Peluang Jangka Panjang

"Porsi fee base bancasurance baru 20 persen terhadap total keseluruhan fee base. Harapan kami bisa ditingkatkan dengan produk-produk Simas Jiwa yang bisa kita dijual," ungkapnya.
 
Sementara itu, Direktur Utama Asuransi Simas Jiwa Soegeng Wibowo mengatakan, kedua produk tersebut sudah mendapatkan izin dan sesuai aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sehingga, dipastikan produk ini dapat menjadi investasi pilihan bagi nasabah.

"Produk SIL Dollar dan SIL Syariah ini memiliki berbagai keunggulan di antaranya bebas biaya administrasi, biaya akuisisi dan biaya asuransi, sehingga tidak mengurangi premi investasi nasabah, dan nasabah bebas melakukan top up kapan saja," jelas Soegeng.

Lebih lanjut, Sugeng mengatakan, sampai kuartal III 2018, total premi asuransi perusahaannya mencapai Rp13.33 triliun. Jumlah itu tumbuh 27,36 persen dibanding periode sama tahun lalu. 

"Target premi 2018 Rp16,9 tiliun. Dengan capaian 13 september berarti sudah 78,76 persen dari target. Kami berharap, tahun ini capai target.”

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya