SKK Migas Bantah Investasi Migas Turun Karena Gross Split

Kepala SKK MIgas Amien Sunaryadi di acara Forum Dunia Energi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi investasi migas hingga Oktober 2018 sebesar US$8,7 miliar. Capaian ini masih jauh dari target akhir tahun sebesar US$14,2 miliar atau baru mencapai 61 persen.

Kunjungan Kerja ke Ciamis, PT Minarak Banyumas Gas Melaksanakan Komitmen Eksplorasi Migas

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi pun membantah investasi turun lantaran skema kontrak baru di era industri migas RI yaitu Gross Split. Skema ini memang mulai gencar diterapkan di industri migas sejak tahun lalu sebagai pengganti skema Cost Recovery.

"Kenapa investasi menurun, itu enggak ada hubungannya dengan gross Split. Karena keputusan investasi mereka (kontraktor) tidak didasari Gross Split atau Cost Recovery," ujar Amien di kawasan Petrotekno Ciloto, Cianjur, Kamis 8 November 2018.

SKK Migas: Komersialisasi Migas Harus Prioritaskan Kebutuhan Dalam Negeri

Menurutnya, keinginan investasi kontraktor migas di Indonesia lebih ditentukan dari potensi untung yang diperoleh atau Internal Rate of Return (IRR). Terkait apakah skema kontrak yang digunakan Gross Split atau Cost Recovery menurutnya hanya urusan teknis.

"Faktor kedua orang mau investasi adalah certainty yaitu kepastian termasuk kepastian hukum atau regulasi," imbuh Mantan Wakil Ketua KPK itu.

Dukung Produksi, 15 Proyek Migas Siap Beroperasi di 2024

Amien menjelaskan, kontraktor migas sangat ingin adanya aturan yang tegas dan tidak berubah cepat alias konsisten. "Investor biasanya bertanya, Kalau invest di sini peraturan akan berlaku terus enggak, karena begitu aturan diganti pasti akan mengganggu bisnisnya," katanya.

Berdasarkan proyeksi SKK Migas, investasi migas yang akan tercapai hingga akhir tahun 2018 mencapai 79 persen dari target atau sebesar US$11,2 miliar. Investasi migas yang masih belum bergeliat itu juga disebabkan temuan cadangan migas  besar belum ditemukan. Sehingga, investasi besar untuk membangun fasilitas produksi tak terealisasi.

"Sebab, Investasi yang paling besar di hulu migas itu nomor satu adalah membangun fasilitas produksi. Pembangunan fasilitas produksi besar akan dibangun setelah ada cadangan besar yang ditemukan. kalau besar ditemukan, maka akan ada investasi yang besar," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya