Strategi BSM Hadapi Gejolak Nilai Tukar Hingga Ekonomi Global

Gedung Bank Syariah Mandiri (BSM).
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA – PT Bank Syariah Mandiri atau Mandiri Syariah mencatatkan kinerja yang positif di kuartal III 2018. Laba bersih pada periode tersebut tumbuh 67 persen menjadi Rp435 miliar dari Rp261 miliar pada peride sama tahun lalu, meski pergerakan nilai tukar rupiah dan ekonomi domestik maupun global masih dalam kondisi yang tidak menentu.

Rupiah Ambruk Pagi ini ke Rp 15.841 per Dolar AS

Direktur Utama Mandiri Syariah, Toni Eko Boy Subari menjelaskan, kemampuan bisnis perseroan untuk bertahan dalam kondisi tersebut tidak terlepas dari strategi perusahaan. Yang fokus untuk mengembangkan sektor-sektor bisnis yang jauh dari pembiayaan menggunakan valuta asing atau valas, terutama dolar.

"Yang kepengaruh kurs kan oil and gas dan yang lain, kita lebih fokus setahun terakhir di sektor education dan health care. Itu mau kondisi apapun tidak terpengaruh. Itu salah satu strategi yang kita lakukan," tutur dia di Wisma Mandiri I, Jakarta, Kamis 8 November 2018.

7 Negara Ekonomi Terbesar di Dunia Tahun 2050, Peringkat Indonesia Gak Main-main!

Dia melanjutkan, sejak setahun terakhir, pembiayaan valuta asing perusahaan dikatakannya sudah kurang dari lima persen. Dengan begitu, dia menegaskan, ketika gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar terjadi, perusahaan tidak terdampak secara signifikan.

"Kami mitigasi dengan penjualan jaminan dan memilih sektor yang lebih sistem, tidak terpengaruh kondisi makro. Satu tahun lebih kita tidak membiayai pembiayaan valas. Secara portofolio kami tidak lebih dari 5 persen, sehingga kita Insya Allah lebih stabil," katanya.

Bank Indonesia Proyeksi Dolar AS Bakal Anjlok di Semester II-2024

Di samping itu, Direktur Finance and Strategy Mandiri Syariah, Ade Cahyo Nugroho juga menjelaskan, selain melakukan tindakan mitigasi tersebut, perusahaan juga memilih pembiayaan di sektor yang memiliki Non Performing Financing atau NPF sebesar nol persen.

"Di konsumer itu misalnya, di kendaraan, pembiayaan payroll, yang NPFnya 0,1 persen. Karena itu penurunan NPF kita signifikan," ungkap dia saat dijumpai di lokasi yang sama.

"Kami banyak masuk ke pembiyaan untuk universitas, pembangunan infrastrukturnya, kesehatan kita masuk, ke pembangunan rumah sakit. Oil and gas bukan target kita jadi enggak tumbuh. Lima target kita itu infrastruktur, agribisnis, kesehatan, pendidikan, serta supplier empat itu," paparnya.

Atas dasar itu, hingga kuartal III 2018, NPF perusahaan mampu turun, baik untuk nett maupun gross. Untuk NPF nett, dari yang semula sebesar 3,12 persen menjadi 2,51 persen. Sementara, NPF gross turun dari 4,69 persen menjadi 3,65 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya