SKK Migas : Jumlah Tenaga Kerja Asing di Sektor Migas RI Terus Turun

Ilustrasi kilang minyak.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – Jumlah tenaga kerja asing di sektor migas Indonesia terus menurun. Realisasi tenaga kerja asing sektor migas hingga semester I 2018, hanya sebanyak 312 orang di seluruh Kontraktor Kontrak Kerjasama atau KKKS migas.

Aksi May Day, Aliansi Bali Menggugat Soroti Maraknya Pekerja Asing Ilegal di Bali

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, angka ini terus menurun. Misalnya pada 2014, sebanyak 1.140 orang, 2015 sebanyak 1.022, 2016 sebanyak 668 orang, dan 2017 di level 404 orang.

Manajer senior SDM KKKS SKK Migas, Daniel Kurnianto mengatakan, data ini dicatat berdasarkan izin kerja yang didaftarkan di SKK Migas. Bahkan, angka realisasi hingga saat ini yang belum didata terus mengecil.

Soroti Bentrokan di Morowali Utara, Jumhur Singgung Ketidakadilan Bagi Pekerja Lokal

"Rasio penggunaan tenaga kerja asing sudah 1,25 persen. Bisa dibilang, industri hulu migas sudah mandiri," kata Daniel kawasan Petro Tekno di Cianjur, Jawa Barat, Jumat 9 November 2018.

Ia menjelaskan, hingga semester I 2018, jumlah pekerja Indonesia di sektor migas RI masih di level 24.739. Tren tenaga kerja lokal ini juga menurun, lantaran banyak pekerja migas lokal berpindah untuk bekerja ke luar negeri.

Kronologi dan Penyebab Bentrokan Maut Pekerja Lokal dan Asing di PT GNI Morowali

Pada 2014, jumlah tenaga kerja migas di Indonesia sebanyak 32.292 orang. Lalu pada 2015, sebanyak 31.745 orang. Kemudian pada 2016, sebanyak 29.863 orang dan 2017, sebanyak 26.811 orang.

"Tantangan sekarang, memang banyak tenaga kerja Indonesia lari keluar. Harga minyak turun, jadi waktu itu lari, Pekerja nasional migas banyak kerja di Middle East (Timur Tengah)," katanya.

Ia melanjutkan, pihaknya tetap terus berupaya meningkatkan kompetensi pekerja lokal di Indonesia. Hal itu dilakukan, melalui pelatihan-pelatihan yang terus dilakukan oleh KKKS di dalam negeri.

"Mau enggak mau, kalau mau menggantikan tenaga kerja asing sama orang kita. Ya, harus menjadikan TKI kita jadi orang global dulu," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya