Agar Rupiah Tak Jadi Mainan Asing, Indonesia Harus Lakukan Ini

Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali menuju ke arah pelemahannya. Setelah sepekan terakhir mampu bertahan dalam tren penguatannya, kali ini di awal pekan justru terus melemah.

Rupiah Amblas ke Rp 16.200 per dolar AS, Gubernur BI Lakukan Intervensi

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kemarin, Senin 12 Oktober 2018 ada di level Rp14.747 per dolar AS.

Angka itu melemah dibandingkan perdagangan pada Jumat pekan lalu yang ada di level Rp14.632. Sementara itu, di pasar spot hari ini bertengger di posisi Rp14.830 per dolar AS.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

Pergerakan nilai tukar rupiah yang naik turun tersebut cenderung lebih dipengaruhi gejolak kondisi perekonomian global. Artinya, ketika ada suatu momen di dunia yang memengaruhi sentimen pelaku pasar keuangan, Indonesia akan segera terpengaruh meski fundamental ekonominya kuat dan baik.

"Volatility rupiah yang begitu tinggi menunjukkan perekonomian kita rentan terhadap shock global," kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, saat dihubungi VIVA, Selasa, 13 November 2018.

Erick Imbau BUMN Beli Dolar AS Besar-besaran, Menko Perekonomian hingga Wamenkeu Bilang Gini 

Menurut Piter, kondisi tersebut tidak terlepas dari ketergantungan Indonesia terhadap aliran modal asing di portofolio untuk membiayai defisit transaksi berjalan. Current Account Deficit atau CAD memang terus terjadi dan bahkan tidak juga membaik hingga saat ini.

Berdasarkan data BI, defisit transaksi berjalan di kuartal III-2018 melebar hingga US$8,8 miliar atau 3,7 persen terhadap produk domestik bruto. Sedangkan, portofolio asing masuk terakumulasi Rp19,9 triliun.

"Selama ini kita mengandalkan aliran modal portofolio untuk menutup defisit current account. Dampaknya ekonomi dan rupiah kita sangat bergantung kepada pergerakan aliran modal portofolio asing," ungkapnya.

"Ketika terjadi shock global, modal asing ini dengan cepat keluar menyebabkan rupiah melemah. Di sisi lain besarnya modal asing portofolio ini juga menyebabkan current account kita selalu defisit. Ini memperburuk kerentanan rupiah kita," kata Piter menambahkan.

Supaya rupiah tidak terus bergejolak layaknya mainan asing, Piter menilai, pemerintah sudah saatnya melepas ketergantungannya terhadap aliran modal jenis tidak langsung tersebut, serta lebih mendorong agar penanaman modal asing atau foreign direct investment tumbuh dan tidak negatif.

"Banyak yang harus dilakukan. Memperbaiki atau setidaknya meregulasi masuknya modal asing. Gantikan dengan modal domestik, ini utama. Sayangnya BI dan pemerintah pasti enggak berani. Setelah mengubah atau meregulasi struktur permodalan, fokus membangun industri yang bisa memperbaiki CAD seperti Industri substitusi impor, industri pariwisata, industri jasa pelayaran," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya