BI Sumut Terima Uang Tidak Layak Edar Hingga Rp1,5 Triliun

uang kertas
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf

VIVA – Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyimpan uang dengan baik, terlihat dari uang tidak layak edar, yang diterima kantor perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara pada bulan Oktober 2018, mencapai Rp1,5 triliun.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Direktur BI Sumut, Andi S Wiyana, mengatakan, tingginya angka uang yang tidak layak edar, disebabkan perilaku masyarakat yang menyimpan uang sembarangan dalam aktivitas sehari-harinya.

"Ini menggambarkan kesadaran masyarakat memelihara uang ini perlu ditingkatkan kembali," ujar Andi kepada wartawan di Kantor Perwakilan BI Sumut di Medan, Rabu 14 November 2018.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

Andi menjelaskan uang tidak layak edar diterima BI Sumut dari masyarakat melalui perbankan yang ada di Sumut, didominasi pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu. Ia mengatakan dengan jumlah Rp1,5 triliun dikategorikan cukup besar uang tidak layak edar diterima BI Sumut.

"Seperti kita kampanyekan, agar uang tidak dilipat, diklep, dicoret-coret. Harusnya disimpan dengan baik. Dapat memperlakukan uangnya dengan baik," tutur Andi.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

BI Sumut mengimbau masyarakat untuk menyimpan uang dengan baik. Karena, Andi menyebutkan biaya memproduksi atau mencetak uang, dan mendistribusikan, untuk menggantikan uang yang tidak layak tersebut, cukup besar.

"Yang mana, menjadi biaya untuk pengelola uang. Kalau itu, dihemat bisa untuk hal-hal yang produktif lainnya," kata Andi.

Andi menjelaskan bahan baku uang pada umumnya sama seperti negara lainnya. Namun, minimnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk menyimpan uang dengan baik membuat uang di Indonesia cepat rusak atau tidak layak edar.

"Uang dilipat, dipindah tangan membuat berkurang secara kualitas. Ini sekarang perilaku saja, rata-rata uang itu tidak layar edar di luar negeri setelah 19 kali pindah tangan. Kalau Indonesia 12 hingga 13 kali pindah tangan baru rusak," ujar Andi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya