Kisah Jusuf Kalla Pernah Bangkrut Akibat Tak Percaya Hal Ini

Wapres Jusuf Kalla di acara Tempo Economic Breafing, jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Agus Rahmat

VIVA – Wakil Presiden Jusuf Kalla menceritakan, bisnis yang dijalaninya pernah bangkrut lantaran kurang percaya dengan cepatnya teknologi. Hal itu dikemukakan JK saat memberi keynote speech Tempo Economic Breafing, dengan tema "Meningkatkan Daya Saing Indonesia Dengan Revolusi Industri 4.0", di Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Kamis, 15 November 2018.

Rektor IPDN Mendorong Kesiapan Hadapi Revolusi Industri

Sekitar 20 tahun lalu, JK mengenang, ia melakukan kerja sama operasi atau KSO untuk membangun jaringan telepon wilayah Indonesia bagian timur.  "Saya pernah membuat bisnis tapi salah. Karena saya kurang percaya begitu cepatnya teknologi," ujar JK.

Nilai investasinya tidak kecil. Ia juga mengikuti berbagai seminar, termasuk di ITB. Ketika itu, ada seorang profesor yang mengatakan bahwa ke depannya semua transaksi sudah bisa dilakukan hanya melalui kantong saku. 

'Smart Mining' di Industri Pertambangan

Saat itu, JK mengaku heran dengan tesis profesor itu. Ia sama sekali tidak percaya dan tidak masuk akal.  "Ini profesor bilang apa. Jadi 20 tahun lalu dia sudah perkirakan," kata mantan Ketua Umum Golkar itu. 

Ternyata benar, perubahan teknologi begitu cepat. Model telepon rumah atau kantor yang awalnya diperkirakan akan tetap berjaya, begitu cepat digantikan oleh handphone atau smartphone

Dunia Terus Berubah, Inovasi Tak Bisa Ditawar-tawar

Bahkan, JK mengakui, semua transaksi hingga membeli sesuatu, kini bisa dengan menggunakan smartphone. "Betul sekarang mau kirim uang, mau makan mie ada di saku. Beli martabak cukup dengan saku. Tapi 20 tahun tetap saja saya menjalankan telepon meja itu. Kemudian pelan-pelan habis," katanya. 

Lantaran itu, menurut JK, kunci revolusi industri 4.0 sekarang adalah kecepatan. Selain itu yang murah dan efisien, apalagi di era persaingan dewasa ini. 

"Memang inti daripada ekonomi hari ini ialah persaingan. Karena suatu ekonomi yang terbuka artinya yang menang ialah yang terbaik. Yang baik, murah, yang cepat," ujar JK. (adi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya