Dampak Negatif 'Trade War' Sanggup Diminimalisir Pasar Keuangan Global

Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Dampak konflik dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, hingga saat ini, masih menjadi sentimen bagi pasar finansial global .

Strategi RI Hadapi Perang Dagang di Tengah Pandemi COVID-19

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Dimas Ardhinugraha mengatakan, secara jangka pendek, berita baru mengenai konflik dagang atau tarik-ulur negosiasi antara kedua negara, masih saja dapat terjadi dan dapat menyebabkan volatilitas di pasar finansial.
 
"Menurut kami, reaksi negatif pasar terhadap berita terbaru mengenai konflik dagang akan semakin berkurang, karena pasar sudah semakin mengekspektasikan dampak dari konflik dagang," kata Dimas dalam keterangan tertulisnya, Kamis 15 November 2018.

Mengenai potensi pasar Asia ke depan, dengan adanya pelemah pasar saham 9,6 persen di Oktober, berdasarkan indeks MSCI Asia Pacific, Dimas menilai bahwa saat ini pasar sedang dalam proses menyusun kembali ekspektasinya.

Airlangga Dorong Indonesia Produksi Vaksin Mandiri

Di tahun 2017 dan awal 2018, menurutnya, sentimen investor sangat positif. Namun, memasuki pertengahan 2018, sentimen pasar berbalik menjadi sangat pesimis, karena terjadinya konflik dagang dan krisis ekonomi di Argentina dan Turki.
 
Dimas mengatakan, secara fundamental, saat ini, emiten di Asia masih menunjukkan kinerja keuangan yang positif, bersama ekspektasi kinerja di 2019. Setelah koreksi yang terjadi, lanjutnya, valuasi pasar saham Asia pun menjadi sangat atraktif.
 
"Saat ini, rupiah merupakan fokus utama pemerintah dan bank sentral. Sebagai contoh Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga 150 bps (1,5 persen) untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Dan, sepertinya Bank Indonesia masih akan menaikkan suku bunga lagi," ujarnya.

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menjaga stabilitas rupiah, terutama dengan cara mengerem impor. Pemerintah dan Bank Indonesia pun dinilai sudah lebih proaktif menjaga rupiah, dan menjadi hal yang positif serta mampu membantu mendukung sentimen pasar dan menjaga stabilitas.

Perang Dagang Australia-China Memanas, Harga Batu Bara Acuan Naik
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

RI Coba Manfaatkan RCEP Tarik Investasi ke Pasar Modal

72 persen aliran investasi asing yang masuk ke Indonesia ternyata berasal dari negara anggota RCEP. 

img_title
VIVA.co.id
3 Januari 2022