Inalum Kantongi US$4 Miliar untuk Bayar Divestasi Saham Freeport

Indonesian Energy Economic Forum 2018
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA – Holding Industri Pertambangan PT Indonesia Asahan Alumunium atau Inalum memperoleh dana sebesar US$4 miliar, untuk pembayaran divestasi saham PT Freeport Indonesia. Dana tersebut, bersumber obligasi internasional atau surat utang luar negeri.

Freeport Indonesia Setor Rp 3,35 Triliun Bagian Daerah dari Keuntungan Bersih 2023

Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dana tersebut sudah masuk ke kas Inalum sejak kemarin malam. Sehingga, total aset Inalum dan anggota holding pun meningkat dari Rp100 triliun menjadi saat ini Rp160 triliun.

"Aset kita Rp100 T (triliun). Tapi kemarin malam, jam 9, naik jadi Rp160 T, Karena uang masuk, kita terima cash, US$4 miliar tadi malam," ujar Budi di acara Indonesian Energy Economic Forum 2018 di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Jumat 16 November 2018.

Pemerintah Bakal Tambah Saham di Freeport Indonesia Jadi 61 Persen, Begini Penjelasan Tony Wenas

Ia mengungkapkan, obligasi tersebut diterbitkan di bursa saham Singapura. Menurutnya, obligasi dipilih, karena bunganya tetap, sehingga berbeda dengan pinjaman perbankan yang tingkat bunganya cenderung volatilitas.

"Bagusnya bonds itu kan, bunganya fix. Kalau perbankan, bunganya tergantung pasar. Nah, sekarang tren bunga kan itu naik. Jadi, kita pengen di-fix kan saja," ujarnya

BUMN MIND ID dan Pelindo Dikabarkan Segera IPO

Rencana awal, Inalum melakukan pinjaman sindikasi perbankan internasional, dan itu batal. Alasan lainnya, kata Budi, kalau Inalum meminjam melalui kredit sindikasi perbankan, akan ada cicilan pokok setiap bulan.

"Kalau pinjam dari bank, kan ada cicilan pokoknya, setiap enam bulan atau setahun. Kalau dalam bentuk obligasi kan, pokoknya bayarnya di ujung. Jadi, secara cashflow lebih bagus," ujar mantan direktur utama Bank Mandiri itu.

Ketika ditanya terkait alasan Inalum yang awalnya memilih pinjaman perbankan? Karena, memang lebih mudah ketimbang menerbitkan obligasi.  "Lebih gampang, bond (obligasi) itu susah sekali. Ini kan, terbesar yang pernah diajukan oleh Indonesia," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya