Cerita Wamenkeu Mardiasmo Menyaksikan Konflik AS-China di KTT APEC

Wakil Menteri Keuangan, Mardiasmo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Anis Efizudin

VIVA – Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengungkapkan tensi perang perdagangan antara China dengan Amerika Serikat saat ini memang terus menguat.

Waspadai Dampak Ekonomi Politik atas Serangan Iran ke Israel

Dia mengatakan hal itu setelah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) atau Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik yang digelar di Papua Nugini, 17-18 November 2018. Mardiasmo menuturkan, saat itu dia mewakili Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam agenda untuk pertemuan tingkat menteri di hari akhir pertemuan tersebut.

Delegasi antara China dengan AS seolah tidak ingin bertemu satu sama lain. Hal itu tergambar saat joint statement pada konferensi pers.

7 Negara Ekonomi Terbesar di Dunia Tahun 2050, Peringkat Indonesia Gak Main-main!

"Saya datang pada saat terakhir penutupan. Joint press conference itu China sama AS. China enggak datang, kalau AS ngomongnya gampang aja. Jadi sebetulnya sudah mulai terasa di level menteri," kata dia dalam sebuah diskusi di Hotel Le Meridien Jakarta, Kamis 22 November 2018.

Hal itu, menurutnya, akan semakin membuat tantangan perekonomian global semakin berat. Lantaran, kondisi ekonomi politik global tidak semakin membaik ke depannya. Bahkan semakin tidak menentu, diiringi masuknya Indonesia pada Tahun Politik.

Mantan Wakil Menlu Ingatkan Pemerintahan Baru Perlu Rumuskan Konsep Kebijakan Luar Negeri

"Brexit (British Exit) belum jelas, geopolitik, proteksionsime Presiden Trump di AS. Semua ini bermuara, apalagi kalau di negara kita dalam kondisi politik pada 17 April 2019," tuturnya.

Atas dasar itu, Mardiasmo menilai, solusi untuk menghadapi itu semua adalah harus dengan sinergi antar-komponen bangsa untuk menghadapi tantangan yang relatif tidak ringan. Baik dari sisi fiskal, moneter, hingga mikro prudensial.

"Tidak cukup hanya moneter policy dan tidak cukup juga fiskal prudent. Kita harus lihat sektor riil dilapangan. Tidak cukup hanya pasar modal, bursa efek, tapi Pasar Beringharjo, Pasar Tanah Abang. Juga pasar digital apalagi di generasi melenial. Jadi ada tengible sama intengible," paparnya. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya