Mulai di Atas HET, Beras Petani Tak Optimal Diserap Bulog

Sejumlah pekerja melakukan proses pengeringan gabah hasil panen padi.
Sumber :
  • ANTARA/Idhad Zakaria

VIVA – Berulangnya kenaikan harga beras menjelang akhir tahun harusnya menjadi pelajaran bagi Bulog untuk mengantisipasi kenaikan harga. Salah satu sebab minimnya stok beras adalah kurang optimalnya Bulog menyerap beras petani. 

Harga Eceran Tertinggi Beras Medium Dinaikkan Meski Panen Raya, Ini Rinciannya Per Wilayah

Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Pusat Serikat Petani Indonesia (DPP SPI), Agus Ruli mengatakan, minimnya penyerapan beras petani disebabkan harga pembelian gabah dari pemerintah lebih rendah dibanding harga di lapangan.

Padahal, Menteri Pertanian Amran Sulaiman sudah meminta pemerintah melalui Badan Urusan Logistik menyerap beras petani sebanyak mungkin dengan harga Rp8.030 per kilogram.

RI Sudah Impor 567,22 Ribu Ton Beras Maret 2024, Naik 921,51 Persen

"Kita prediksi di akhir tahun ini atau awal tahun depan, diperkirakan kurang juga karena panen kita tidak maksimal," ungkap Agus dalam keterangannya, dikutip Jumat 23 November 2018.

Untuk itu, Agus berharap Bulog bisa membeli dari petani dengan harga yang layak. Selain itu, petani harus diberikan insentif dan dukungan dari pemerintah.

Daftar Harga Pangan 22 April 2024: Cabai hingga Telur Ayam Naik

Tak sampai di situ, Agus menyatakan untuk memaksimalkan beras dari petani, Bulog juga harus menyiapkan gudang penampungan dan pengeringan beras dari petani, agar kualitas berasnya baik dan bisa lama disimpan. 

Dirut Bulog Budi Waseso sebelumnya menyatakan bahwa gudang beras berkapasitas 3 juta ton milik Perum Bulog penuh, bahkan tidak mencukupi lagi untuk menyimpan stok beras Bulog. Kondisi tersebut paradoks dengan stok dan harga beras di pasar saat ini.

Sementara itu, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, mengatakan, Bulog seharusnya antisipatif terhadap kenaikan harga beras. 

Ia menyebut, beberapa daerah seperti Riau, bahkan telah menyatakan mengalami defisit beras. Padahal, di sisi lain, stok beras di gudang Bulog melimpah ruah hingga 2,5 juta ton. 

"Harusnya diantisipasi. Buat pemetaan di tiap daerah. Kan banyak gudangnya Bulog, bisa dipantau dari tiap gudang di daerah masih aman atau enggak," tutur Ahmad. 

Saat ini, harga beras di semua provinsi sudah melebihi harga eceran tertinggi (HET) beras yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp9.450 per kilogram. 

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategi Nasional, harga beras terendah pada Senin 19 November 2018 terpantau di NTB senilai Rp9.900 per kilogram. Sementara itu, harga beras tertinggi didapati di Sumatera Barat, di mana harga per kilogram beras menembus Rp14.100.

Padahal pada awal bulan atau 1 November 2018, harga beras terendah masih sebesar Rp9.750 dan berada di Sulawesi Selatan. Sementara itu, harga beras tertinggi ada di Sumatera Barat sebesar Rp13.800 per kilogram.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya