Bulog Perlu Strategi Jitu Amankan Harga Beras

Petugas memeriksa stok beras di Gudang Bulog Baru Cisaranten Kidul Sub Divre Bandung, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Guna mengamankan stok beras nasional dan mendistribusikan ke masyarakat Bulog diharapkan memiliki strategi baru yang tepat. Hal itu disampaikan Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso. 

Mendag Zulhas Buka-bukaan Penyebab Harga Beras Naik di Depan DPR

Menurutnya, peran utama Bulog adalah penyeimbang harga pangan. Kenaikan harga beras belakangan ini dan dominannya beras impor di gudang Bulog adalah bukti ketidaksiapan negara dalam menyerap beras petani.

“Waktu saya (pimpin Bulog) itu stok 3.645.000 ton, tertinggi selama Bulog berdiri. Kenapa bisa seperti itu, Karena ada produksi yang berlebih, dan strategi kita pas," jelas Sutarto dalam keterangannya, dikutip Sabtu 24 November 2018.

Bobby Nasution Klaim Harga Beras di Kota Medan Turun

Adapun strategi tersebut, lanjut Sutarto adalah saat produksi tinggi, saat itu pula Bulog beli beras petani karena harga turun. Namun, bila strategi tidak pas, tidak akan dapat barang. 

Ia menuturkan, agar kenaikan harga beras di akhir tahun dapat diantisipasi bulog harus menggelontorkan beras melalui sejumlah operasi pasar yang terukur.

300 Ribu Ton Beras Impor dari Thailand dan Pakistan OTW RI Jelang Ramadhan

Sutarto mengungkapkan, kebutuhan per bulan saat ini sekitar tiga juta ton. Dengan rata-rata lahan produksi 500 ribu hektare yang panen. Maka, kata dia, di pasaran akan ada sekitar 1,5 juta ton. 

"Berarti kan kurang 1,5 juta ton, itu dimana? Ada di stok masyarakat yang masih punya atau menyimpan beras. Sisanya, Bulog harus gelontor, sudah selesai itu (kenaikan harga)," jelasnya. 

Seperti diketahui, defisit pasokan beras di Indonesia bukan hal baru, bahkan kerap terjadi pada periode tertentu yakni pada masa paceklik yaitu Oktober hingga Desember.

Pada masa itu, angka produksi tentu lebih kecil dibandingkan kebutuhan masyarakat. Ini pula yang terjadi pada kondisi di pasar kini. Harga beras, terutama level medium, perlahan mengalami kenaikan.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategi Nasional, harga beras terendah pada Jumat 23 November 2018 terpantau di NTB senilai Rp9.900 per kilogram. Sementara itu, harga beras tertinggi didapati di Sumatera Barat, di mana harga per kilogram beras menembus Rp14.100.

Padahal pada awal bulan atau 1 November 2018, harga beras terendah masih sebesar Rp9.750 dan berada di Sulawesi Selatan. Sementara itu, harga beras tertinggi ada di Sumatera Barat sebesar Rp13.800 per kilogram.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya