Pengusaha Yakin di 2019 Rupiah di Bawah Rp14.000

Rupiah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo meyakini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, akan mampu turun di bawah Rp14.000 pada 2019. Optimisme tersebut tercipta, akibat tren penguatan rupiah terhadap dolar AS beberapa bulan terakhir, yang mampu menguat di bawah kisaran Rp14.500.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia, hari ini, Rabu 5 Desember 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di posisi Rp14.383. 

Ketua Umum Apindo, Haryadi Sukamdani mengungkapkan, tren penguatan rupiah tersebut juga utamanya dipengaruhi oleh perkiraan harga minyak mentah dunia yang akan terus anjlok di 2019. Pada November lalu, harga minyak mentah dunia jatuh hingga US$50 per barel, setelah sebelumnya di atas US$70 per barel.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

"Asumsi dolar, kita meyakini tahun depan akan turun di bawah Rp14.000. Jadi, kami meyakini kira-kira di Rp13.800, karena kita melihat bahwa tren harga minyak dunia kemungkinan akan turun," kata dia di Gedung Permata Kuningan, Jakarta, Rabu 5 Desember 2018. 

Di sisi lain, pada periode itu, dikatakannya, Indonesia juga akan mampu melepas ketergantungannya terhadap dolar AS di perdagangan internasional. Sebab, pada periode itu Indonesia sudah mampu mengonversi rupiah dengan mata uang mitra dagang utama lainnya, khususnya China. 

Erick Imbau BUMN Beli Dolar AS Besar-besaran, Menko Perekonomian hingga Wamenkeu Bilang Gini 

"Jadi, China itu total perdagangan kita adalah US$60 miliar, di mana impornya US$35 miliar, eskpornya US$26 miliar. Jadi, kita meyakini bahwa kalau kita bisa konversi sampai dengan misalnya antara US$20 miliar saja dari perdagangan dengan China, ini akan membuat efek yang sangat positif," ungkapnya.

"Dan, kita berharap upaya ini juga nantinya bisa disambut dengan baik oleh mitra-mitra perdagangan kita lainnya, apakah dengan Jepang, Korea Selatan, dan sebagainya," tambah Haryadi.

Dia mengungkapkan, para pengusaha mendukung percepatan proses realisasi konversi mata uang domestik antardua negara tersebut dalam menjalankan proses perdagangannya. Salah satunya adalah dengan memetakan mitra dagang dari China dengan Indonesia, baik untuk ekspor maupun impor melalui mata uang masing-masing negara.

"Jadi, nanti kita meyakini selanjutnya kalau kita upayakan turun di bawah Rp14.000 ini kita juga berharap dari sektor keuangan akan merespons dengan penurunan suku bunga. Jadi, BI (Bank Indonesia) kita harapkan responsnya juga akan bagus," ungkapnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya