BI Beberkan Alasan Kembali Anjloknya Nilai Tukar Rupiah

Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia, Mirza Adityaswara
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Fikri Halim

VIVA – Bank Indonesia mengakui nilai tukar rupiah kembali alami pelemahan setelah terus menguat. Kurs rupiah hari ini berada di level Rp14.539 per dolar AS atau melemah dibanding kemarin di level Rp14.507 berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate. 

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengatakan, kurs rupiah yang melemah ini sebetulnya juga diikuti negara lain. Ia menjelaskan, penyebabnya adalah perang dagang AS dan China masih belum mereda. 

"Ada harapan bahwa perang dagang AS dan China itu mereda setelah pertemuan G20. Tapi ternyata perang dagang AS dan China itu belum mereda," kata Mirza di kantor Bank Indonesia, Jakarta, Jumat 7 Desember 2018.

Awal Pekan, Rupiah Dibuka Melemah Rp14.309 per Dolar AS

Ia menjelaskan, salah satu isu yang ditangkap oleh pasar keuangan adalah peristiwa penangkapan Direktur Huawei di Kanada, Amerika Serikat. Hal ini mencerminkan perang dagang masih belum mereda. 

"Perang dagang ini dikhawatirkan makin memperlambat ekonomi dunia, respons dari bank sentral China yang melakukan depresiasi kurs yuan, sehingga hal ini yang membuat depresiasi kurs emerging market (pasar negara berkembang)," kata dia. 

Rusia-Ukraina Tak Temui Kesepakatan, Rupiah Melemah Lagi Hari Ini

Ia melanjutkan, penyebab lain yang mengakibatkan rupiah melemah dalam tiga hari terakhir adalah terjadinya penjualan saham di pasar global atau capital outflow. Sebab, kata dia, saham bergerak mengikuti ekspektasi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan laba perusahaan. 

"Angka-angka dari AS menunjukkan terjadi perlambatan perekonomian, artinya akan terjadi perlambatan pertumbuhan laba perusahaan. Jadi, pasar saham bereaksi akhirnya penjualan saham bereaksi, dan itu yang menular ke negara emerging market termasuk Indonesia, jadi memang ada outflow di pasar saham," kata dia. 

Ditambahkannya, tanda tanda perlambatan itu  juga tercermin pada kurva surat utang AS yang menurun. "Maka itu menunjukkan bahwa akan terjadi perlambatan, memang belum terjadi, tapi ini akan terjadi, nah pasar kan selalu bereaksi lebih awal," ujarnya. (lis)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya