BI Ingatkan Jangan Terlena dengan Penguatan Rupiah

Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia, Mirza Adityaswara
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Fikri Halim

VIVA – Bank Indonesia mengakui pelemahan kurs mata uang rupiah dan rupee India, menjadi yang terbesar dibanding negara berkembang di kawasan dalam beberapa hari terakhir. Keduanya melemah lebih dalam, disebabkan ekspor barang dan jasa kedua negara sama-sama defisit. 

Rupiah Mulai Menguat ke Level Rp 16.172 per Dolar AS

"Karena, sebagai negara yang ekspor impor barang dan jasanya defisit, memang pasar bereaksi lebih banyak. Untuk itu, kita jangan terlena dengan adanya penguatan kurs minggu lalu," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara di kantor Bank Indonesia, Jakarta, Jumat 7 Desember 2018.

Ditegaskannya, Indonesia harus tetap fokus menyelesaikan persoalan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Caranya, adalah terus menggenjot ekspor, mendorong pariwisata, dan mengendalikan impor yang tidak perlu. 

Rupiah Sentuh Rp 16.128 per Dolar AS, Airlangga: Sedikit Lebih Baik dari Malaysia dan China 

"Kalau impor yang perlu seperti bahan makanan, ya tetap impor kalau enggak harganya naik," kata dia. 

Meskipun demikian, Ia melihat secara umum, adanya capital outflow di pasar modal negara maju, seperti Amerika Serikat, hanya berdampak temporer kepada pasar negara-negara berkembang khususnya untuk rupiah.

Loyo, Rupiah Dibuka Melemah Jelang Libur Lebaran Idul Fitri

Mirza pun yakin, pada tahun depan akan ada dampak baik dari perlambatan ekonomi negara maju. 

"Nanti 2019, ekonomi AS melambat, arus modal masuk ke emerging market (pasar negara berkembang). Karena, pada saat ekonomi AS kencang, arus modal (masuk) ke Amerika. Kalau kami (prediksi), kurs 2019 lebih stabil, pasar keuangan juga akan lebih baik 2019," katanya. (asp)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara

Erick Imbau BUMN Beli Dolar AS Besar-besaran, Menko Perekonomian hingga Wamenkeu Bilang Gini 

BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri dalam dolar AS diminta untuk mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024